Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolda Papua Irjen Pol Paulus Waterpauw menjelaskan informasi huru hara yang terjadi di Tolikara, Minggu (24/4/2016).
Dikatakannya, Feri Kagoya selaku Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolikara sebelumnya menginformasikan telah terjadi huru hara di wilayah tersebut.
"Apa yang dimaksud dengan perang dan sebagainya itu, nah informasi itu muncul dari BPBD baru pulang dari Jakarta, sampai di Jayapura, dapat laporan dari masyarakat bahwa disana kejadian seperti yang teman-teman media beritakan," ujar Paulus saat ditemui di Kantor Kemenkopolhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Senin (25/4/2016).
Lebih lanjut , Paulus menuturkan pihaknya telah melakukan klarifikasi dengan Kapolres serta Sekda kabupaten terkait dan ternyata informasi tersebut tidak benar.
"Sampai tadi pagi, kami coba untuk klarifikasi dengan Kapolres dan pihak Sekda kabupaten , dan memang tidak ada kejadian (huru hara)," jelas Jenderal berbintang dua tersebut.
Ia menambahkan, memang ada kasus 1 orang meninggal di Tolikara yang terjadi pada 16 april 2016, dan hampir menimbulkan kesalahpahaman.
Namun Kapolres dan Muspida segera menangani kasus tersebut sehingga huru hara bisa dicegah.
"Memang benar, ada kasus meninggalnya 1 orang sekitar tanggal 16 april, diantara mereka hampir terjadi salah paham. Tapi Kapolres tiba ditempat dan langsung bertindak cepat dengan Muspida terkait sehingga bisa ditangani," katanya.
Sebelumnya, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tolikara Feri Kagoya mengatakan adanya konflik yang terjadi antara warga Distrik Gika dengan Distrik Panaga yang berlangsung sejak 9 april hingga Minggu (24/4/2016).
Menurutnya, konflik tersebut terjadi karena adanya kecemburuan terkait dengan pembagian dana bantuan pemerintah.
Terkait informasi menurut Feri, sedikitnya 2 orang tewas, 17 luka berat, dan 15 lainnya mengalami luka ringan.
Sementara kerugian materi yang diderita yakni sebanyak 95 rumah hangus terbakar, sejumlah hewan ternak dijarah, dan lahan pertanian warga rusak.