TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Panglima Komando Strategis Cadangan Angkatan Udara (Pangkostrad), Letjend TNI Edy Rahmayadi mengungkapkan alasan dipilihnya KRI Surabaya 591 untuk melakukan penjemputan empat sandera WNI yang ditahan oleh kelompok militan Abu Sayyaf.
Diketahui bahwa dalam proses penjemputan, dua KRI merapat ke wilayah Filipina dalam radius 12 mil dari zona internasional. Satu KRI Surabaya dan satu KRI Ajax.
"Kalau KRI Surabaya sudah gerak, itu artinya penting dan misi wajib selesai hari itu juga," tegasnya di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (13/5/2016).
Diolah dari berbagai sumber, KRI Surabaya 591 merupakan kapal perang yang dibuat di Korea Selatan jenis Landing Platform Dock (LPD) tahun 2008 dan merupakan tipe kedua dari Makassar Class.
Mempunyai panjang 122 meter dan lebar 22 meter, kapal perang tersebut berbobot 7.800 ton serta dapat mengangkut 618 tentara.
Untuk persenjataan, kapal itu dibekali dengan satu buah meriam Boffors 44 mm ditambah dengan 4 meriam Oerlikon 22 mm, satu Rudal Mistral Simbad serta dua pucuk senjata anti serangan udara.
Meski dapat menampung 15 truk, 22 tank dan tiga helikopter jenis Mi-2/Bell serta dua unit Landing Craft Utility (LCU), kapal perang itu dapat berjalan hingga 17 knot.
"Kalau kamu disandera, KRI Surabaya pasti bergerak karena keselamatan seluruh warga negara Indonesia," tegas Pangkostrad.