TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Ketua Mahkamah Agung Hatta Ali berjanji kepada Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode Muhammad Syarief, bahwa MA akan memecat pegawainya, Royani, jika tak juga menampakkan diri.
Royani adalah staf Sekretaris MA Nurhadi yang disebut bekerja sebagai sopir.
Hal tersebut diucapkan Hatta saat bertemu Laode di kediaman Duta Besar Belanda, beberapa waktu lalu.
Menurut Syarief, Hatta Ali mengatakan, Royani masih berstatus sebagai pegawai negeri sipil di MA. Sesuai aturan, apabila dalam jangka waktu tertentu Royani tidak datang untuk bekerja, maka ia akan diberikan sanksi, hingga pada sanksi terberat, yakni pemecatan.
"Itu komitmen Ketua Mahkamah Agung kepada KPK," ujar Syarief di Gedung KPK, Jakarta, Rabu (25/5/2016).
Menurut Syarief, Hatta Ali menyampaikan bahwa perwakilan MA telah berupaya membantu mencari keberadaan Royani. Namun, masih nihil.
KPK masih terus mencari Royani yang menjadi sopir Nurhadi. Royani dianggap menjadi saksi penting dalam kasus dugaan suap yang melibatkan panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Edy Nasution.
KPK meyakini, Royani merupakan saksi yang diduga kuat mengetahui keterlibatan Nurhadi dalam kasus dugaan suap Edy Nasution. KPK pun mencegah Royani ke luar negeri sejak 4 Mei.
Seperti dikutip Kompas, KPK telah mengetahui tempat tinggal Royani. Bahkan, berdasarkan informasi warga setempat, KPK telah menggeledah tempat tinggal Royani pada 4 Mei selama lebih kurang empat jam.
Royani tinggal di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Harga tanah di kawasan itu mencapai sekitar Rp 35 juta per meter persegi. Rumah Royani terdiri atas dua lantai, berpagar hitam setinggi lebih kurang 2 meter yang digembok dari dalam.
Halaman rumah Royani terlihat bersih dan terurus. Saat Kompas menyambangi rumah tersebut, terdapat mobil Honda Vios warna perak terparkir di depan rumah.
Salah satu warga setempat yang ditemui mengatakan, Royani tak pernah lagi terlihat pulang ke rumah itu meskipun istri, anak, dan seorang asisten rumah tangga masih tinggal di rumah itu.
Royani juga tidak terlihat di rumah orangtuanya di Jalan Raya Pos Pengumben, Jakarta Barat. Rumah dua lantai dengan pintu geser hijau itu terkunci dan tampak tak terawat. Di sebelah kanannya, terdapat toko ban mobil.
Dua kakak Royani tinggal di Gang Pos Pengumben, sekitar 200 meter dari rumah tersebut. Kakak perempuan Royani menyebutkan, adiknya sudah jarang mendatangi rumah almarhum bapaknya.
Ia mengaku tak lagi berkomunikasi dengan adiknya dalam beberapa bulan ini. Hal senada juga diungkapkan kakak lelaki Royani.
Salah satu warga setempat yang tidak mau disebut namanya mengatakan, Royani biasanya datang ke rumah kakaknya dengan mengendarai motor gede. Namun, setelah nama Nurhadi muncul di media beberapa waktu lalu, Royani tak pernah terlihat lagi. (Abba Gabrillin)