Senator Jawa Tengah, Denty Eka Widi Pratiwi menilai Indonesia kurang mampu menciptakan varietas unggulan dalam sektor perkebunan dan pertanian serta lemah dalam hal pemasaran produk.
“Para petani hanya terbiasa menjual bahan mentah yg nilainya lebih kecil daripada bahan jadi, untuk mengantisipasi hal tersebut Kementrian Pertanian harus berkordinasi dengan Kemendag untuk mengemas pemasaran hasil pertanian agar lebih bernilai jual,” ujarnya.
Menjawab hal itu, Dirjen Peternakan Kementerian Pertanian, Muladno menjelaskan langkah pemerintah membuka kran impor adalah dalam rangka mengendalikan harga daging sapi.
“Pemerintah berusaha untuk membuka kran impor. Hal tersebut terpaksa dilakukan karena lonjakan permintaan sementara produsen lokal tidak bisa memenuhi permintaan pasar,” katanya.
Lanjutnya, pemerintah akan menerapkan nol persen untuk bea masuk untuk sapi bakalan dan sapi indukan.
Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan jumlah produksi sapi di Indonesia.
“Idealnya begitu, impor sapi untuk indukan dan bakal sapi, sehingga bisa meningkatkan geliat ekonomi, jika hanya impor daging beku peternak tidak akan terlibat dan mendapatkan peningkatan ekonomi,” ujarnya.