News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Vaksin Palsu

Bayar Valsin Palsu Tak Lewat Kasir

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ratusan orang tua korban vaksin palsu menuntut rumah sakit Sayang Bunda Bekasi memberikan penjelasan dan peryataan terkait rekam medis pasien vaksi palsu.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Vaksin palsu tidak hanya beredar melalui rumah sakit, tetapi juga lewat oknum dokter. Sejumlah orang tua yang anaknya menjalani imunisasi di Rumah Sakit (RS) Harapan Bunda, Jakarta, menceritakan bagaimana oknum dokter itu menawarkan pemberian vaksin palsu kepada para orangtua pasien.

Mereka menuturkan, dokter bernama Indra yang kini sudah berstatus tersangka tersebut memanfaatkan kekurangan pasokan vaksin di rumah sakit. Seperti diungkapkan Rani, ibu seorang anak yang diduga menerima vaksin palsu, ketika hendak melakukan imunisasi rutin bagi buah hatinya.

"Saat itu vaksin merek Pediacel sedang tidak ada persediaannya di (RS) Harapan Bunda, terus ada suster yang tawarkan saya vaksin. Dia bilang ini bukan dari rumah sakit, tapi dari dokter Indra," kata Rani ketika ditemui di kantor Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Jakarta, Sabtu (16/7/2016).

Pembayaran vaksin tersebut, jelas Rani, berbeda ketika dia membayar biaya imunisasi sebelumnya. "Suster bilang karena vaksinnya bukan dari rumah sakit, jadi bayarnya langsung. Bukan bayar di kasir rumah sakit," katanya.

Berbeda dengan Rani, Naomi malah baru diberi tahu anaknya mendapat suntikan vaksin yang bukan berasal dari persediaan rumah sakit setelah zat itu masuk ke tubuh anaknya. "Baru diberi tahu vaksinnya bukan dari rumah sakit setelah anak saya disuntik," kata Rani dalam kesempatan yang sama.

Namun, cara membayar biaya vaksin serupa dengan Naomi. "Bayarnya bukan di kasir, tapi langsung ke suster itu. Sebesar Rp 750 ribu," kata Rani.

Terkait dengan terungkapkan penggunaan vaksin palsu, hingga Sabtu, RS Ibu dan Anak Sayang Bunda, Pondok Ungu, Bekasi, Jawa Barat, masih diserbu orang tua anak-anak yang menerima vaksin palsu. Mereka berkumpul di lobi dan lantai 2 rumah sakit tersebut sejak Sabtu pagi.

Mereka berteriak menyampaikan sejumlah tuntutan pertanggungjawaban dari manajemen rumah sakit lantaran sejumlah anak mereka terkena gejala sakit diduga karena vaksin palsu. "Mana ini direkturnya, kami tidak mau lagi diulur-ulur. Kami sudah capek diminta tunggu dari Kamis," teriak seorang bapak.

Satu di antara tuntutan para orang tua tersebut adalah meminta pihak rumah sakit menyerahkan rekam medis anak mereka. Baru pada sekitar pukul 13.00 WIB, perwakilan para orangtua tersebut diterima oleh perwakilan rumah sakit, dr Teguh, serta kuasa hukumnya, Damanik dan Rahma Azizah.

Suasana sempat memanas lantaran sebagian orang tua pasien tersebut menolak keinginan rumah sakit yang ingin memberikan rekam medis pada Senin (18/7) mendatang. "Enak saja bilang Senin. Memang kami tidak kerja. Senin itu orang kerja, anak pada masuk sekolah. Nanti Senin belum tentu rekam medisnya dikasih," teriak seorang bapak.

Surat pernyataan
Tak puas, seorang ibu ikut mengecam pihak rumah sakit. "Kita ini diakal-akalin sama rumah sakit. Kalau kita ikuti mereka, keenakan.Apa nggak kasihan nasib anak kita. Rumah sakit lain yang juga kena kasus begini sudah pada selesai, karena mereka mau tanggung jawab. Ini malah diulur-ulur," katanya.

Akhirnya muncuk jalan tengah yaitu Damanik, selaku kuasa hukum RSIA Sayang Bunda memberikan peryataan tertulis yang akan memberikan rekam medis kepada para orangtua pasien pada Senin, pukul 14.00 WIB. Dokumen itu berisi nama pasien, umur, rekam medis dan vaksin yang disuntikan ke pasien.

Setelah fotokopi surat peryataan pemberian rekam medis dibagikan, orangtua pasien mulai meninggalkan RSIA Sayang Bunda.
Pengamanan dilakukan polisi berseragam dinas dan pakaian sipil , yang berjaga mulai dari lobi hingga lokasi pertemuan kedua pihak. Kapolsek Babelan, Kompol Mualim Harahap yang memimpin langsung pengamanan di rumah sakit tersebut menuturkan, pihaknya menurunkan 50 personel.

"Sejauh ini, kami bersyukur para orang tua yang kebanyakan berpendidikan ini tidak anarkis. Tapi, kami tetap siaga agar semua berjalan tertib," ujarnya.

Bareskrim Polri juga telah mengumumkan, Direktur RSIA Sayang Bunda, dr Hud telah ditetapkan sebagai tersangka. Menurut penyidik, pimpinan rumah sakit tersebut menyetujui pengadaan vaksin tidak dari distributor resmi. (valdi arief/abdul qodir )

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini