TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Peneliti terorisme dan intelijen Universitas Indonesia Ridlwan Habib meyakini, Ali Kalora yang akan meneruskan Santoso yang diduga tewas ditembak, pada Senin (18/7) dua hari lalu, di hutan Poso.
Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi yakini kelompok teroris yang tewas dari aksi baku tembak adalah Santoso si pemimpin kelompok.
"Sudah di atas 70 persen," ujar Rudy di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (19/7/).
Rudy mengatakan, keyakinannya tersebut karena ada kemiripan antara sosok teroris yang tewas dengan Santoso. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Kapolri Jenderal Tito Karnavian soal kemiripan sosok.
Kemudian untuk satu jenazah lagi, Rudy meyakini itu adalah Basri. Basri sendiri adalah narapidana Tindak Pidana Terorisme yang ditangkap pada 2007 silam. Ia diganjar hukuman penjara selama 19 tahun di Lapas Klas II Ampana Kabupaten Touna.
Basri alias Ayas, alias Bagong ini dipidana atas tuduhan terlibat 12 kasus kekerasan di Palu dan Poso. Jelang sisa hukuman 1 tahun lagi, Basri menurut Rudy, melarikan diri dan berdasarkan informasi bergabung dengan kelompok Santoso di pedalaman Poso.
Kadiv Humas Mabes Polri, Irjen Boy Rafli Amar mengatakan diperlukan data yang akurat untuk memastikan dua jenazah yang tewas dalam baku tembak di Poso adalah Santoso dan Basri.
Guna memastikan identitas keduanya, menurut Boy, Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian sudah memerintahkan Kaspusdokes Polri untuk mengirim tim DVI ke RS Bhayangkara, Palu.
"Jadi sekali lagi, saya sampaikan sekarang belum dapat dikatakan itu 100 persen adalah Santoso," terang Boy.
Boy menambahkan guna mendukung identifikasi, pihaknya melakukan upaya konvensional yakni mempelajari kasat mata ciri-ciri pelaku termasuk membandingkan dengan foto yang ada.
"Sementara kami cocokkan dengan foto, tapu belum akirat, masih memerlukan kerjasama DVI," ungkapnya.
Ridlwan Habib mengapresiasi Operasi Tinombala yang berhasil menembak mati gembong teroris paling dicari, Santoso. Santoso merupakan buronan sejak 2011. Lalu siapakah yang akan mengambil alih kepemimpinan kelompok teroris yang selama ini dipegang Santoso?
Ridlwan Habib melihat ada dua tokoh di kelompok tersebut. Yakni Basri dan Ali Kalora. Tapi, Basri diduga tewas bersama Santoso dalam baku tembak Senin (18/7) sore waktu setempat.
"Ada dua tokoh selain Santoso yakni Basri dan Ali Kalora. Kalau yang tewas Santoso, Basri tewas, maka kemungkinan Ali Kalora," ujar Basri, salah seorang analis terorisme kepada Tribun
Ia memastikan Basri dan Ali Kalora, merupakan dua orang kepercayaan Santoso.
Kapolda Sulawesi Tengah, Brigjen Polisi Rudy Sufahriadi memastikan, usai menumbangkan dua terduga teroris di Tambarana, Poso Pesisir, Sulawesi Tengah, kini tim TNI-Polri yang tergabung dalam Satuan Tugas Operasi Tinombala mengejar kelompok lain, yakni pimpinan Ali Kalora dan tiga orang yang berhasil kabur. "Sedang dilakukan pengejaran oleh Tim Alfa (bagian Satgas Tinombala) yang lain," ujarnya.
Ali Kalora merupakan bagian dari 21 Daftar Pencarian Orang (DPO) di Poso. Kelompok tersebut terpecah menjadi dua bagian. Sebanyak lima orang yang dipimpin oleh Abu Wardah alias Santoso dan Basri alias Ayas alias Bagong. Keduanya telah ditumbangkan, sementara tiga lainnya berhasil kabur.
Sementara, sebanyak 16 orang lainnya dimpimpin oleh Ali Kalora. Kelompok tersebut terdiri dari 15 orang laki-laki, satu perempuan yang merupakan istri dari Ali Kalora. Ali Kalora, menurut Rudy adalah terduga teroris yang paling senior diantara kelompok teroris yang bersembunyi. "Selama ini kan memang dia paling senior, paling lama jadi teroris di sana," kata Rudy.
Rudy mengimbau kepada para DPO yang masih bersembunyi agar menyerahkan dirinya dan mengikuti proses hukum yang ada. "Saya sampaikan kepada DPO yang 19, kalau memang mau menyerahkan diri saya jamin tidak akan dilakukan pemukulan dan lain sebagainya, tidak usah takut, kita akan berlakukan hukum sesuai hukum di Indonesia. Itu lebih baik daripada kita mencari dan seperti ini terjadinya," kata Rudy.
Ali menurutnya belum memperlihatkan diri bakal menjadi kekuatan baru pascakabar tewasnya teroris diduga Santoso. "Mudah-mudahan sampai saat ini saya belum lihat kekuatan baru," ujar Rudy. (tribun/nico/malau)