News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Memburu Jaringan Teroris Santoso

Sisa Anak Buah Santoso Diprediksi akan Gabung Kelompok Abu Sayyaf di Mindanao

Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Proses evakuasi teroris kelompok Santoso dari Pengunungan Poso Pesisir Utara, Senin (18/7/2016).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Eksistensi kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Poso segera berakhir pasca-tewasnya Abu Wardah alias Santoso dan gencarnya pengejaran Satgas Operasi Tinombala TNI-Polri.

Memungkinkan hanya beberapa dari 19 orang sisa anak buah Santoso memilih keluar Poso dan bergabung dengan kelompok separatis Filipina Abu Sayyaf pimpinan Khadaffi Janjalani di Mindanao.

"Era Mujahidin Indonesia Timur akan berakhir. Memungkinkan sisanya mereka akan pindah, hijrah dan bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf di Mindanao," kata pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Al Chaidar, saat dihubungi, Rabu (20/7/2016).

Sejumlah faktor yang mendorong mereka memilih jalan tersebut. Di antaranya karena kehilangan figur kepemimpinan dengan tewasnya Santoso selaku Panglima MIT, tidak adanya pimpinan sebagai penghubung MIT dengan organisasi teroris di luar Indonesia, termasuk ke Negara Islam Irak dan Suriah atau Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

"Prediksi saya, akan ada anggota MIT yang menyerahkan diri, beberapa tertangkap, tertembak. Itu bisa terjadi karena saat ini posisi mereka di hutan Poso semakin terjepit, tidak ada pemimpin, dan logistik sudah habis karena terus dikejar," ujarnya.

"Yang bisa ke Mindanao itu yang sisa residu, yang masih punya sedikit logistik senjata dan lolos perburuan satgas," sambungnya.

Menurutnya, sisa anak buah Santoso yang semakin lemah pasca-tewasnya Santoso oleh Satgas Tinombala sulit melakukan serangan balik maupun aksi teror. Mereka akan berusaha berpindah-pindah menghindari pengejaran Satgas.

"Mereka tiarap dulu. Mereka akan pindah-pindah dengan semakin minimnya logistik mengingat jalur suply sudah dipagarbetis sama aparat," terangnya.

Hanya beberapa anak buah Santoso yang masih membawa senjata api akan menggunakan strategi hit and run untuk menghadapi pengejaran petugas yang memburunya.

Menurutnya, selain bergabung dengan Abu Sayyaf, sisa anak buah Santoso dari MIT berpeluang bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) yang pernah dipimpin oleh Abu Roban. Namun, hal itu sulit dilakukan.

"Bisa. Cuma, secara antropologi para anggota MIT itu sudah terbiasa berjihad dengan mempunyai basis wilayah kekuasaan atau tamkin seperti hutan Poso. Sementara, MIB hanya mempunyai organisasi kelompok atau tamzin dan belum mempunyai basis kekuasaan. MIB belum punyai basis kekuasaan, cara aksi mereka hit and run dan mobile," ujarnya.

"Oleh karena itu, sisa anak buah Santoso kemungkinan lebih memilih gabung ke gerakan yang ada basis kekuasaan, kelompok Abu Sayyaf," sambungnya.

Jika benar nantinya sisa anggota MIT bergabung dengan kelompok MIB, maka Bahrun Naim menjadi penghubung mereka dan sel teroris di Indonesia dengan elit ISIS di Suriah.

Dengan berakhirnya eksistensi kelompok MIT, maka tinggal kelompok MIB dan Neo Jemaah Islamiyah beserta afilisiasinya yang masih bisa eksis melakukan aksi teror di Indonesia.

"Dan MIB meski tidak punya basis kekuasaan, mereka masih bisa countre attack dan masih bisa beraksi dengan bom," tuturnya.

Ia menambahkan, kelompok teroris seperti MIT dan Abu Sayyaf yang melakukan jihad dengan jalan kekerasan tidak mengenal istilah balas dendam kendati pimpinan mereka tewas.

Adapun aksi teror maupun serangan yang kemungkinan akan terjadi pada kemudian hari adalah bentuk mempertahankan diri dan pelaksanaan atas perintah atau seruan pimpinan kelompok yang mempunyai ideologi sama, seperti seruan dari pimpinan ISIS, Abu Bakr Al-Baghdadi, di Suriah.

"Jihad itu ibadah tertinggi, sangat luhur dan sangat sakral. Sehingga tidak boleh ada motif personal," ujarnya.

Wasiat Santoso
Dalam pengamatan Al Chaidar, organisasi MIT tidak mengenal suksesi kepemimpinan kendati pimpinan mereka, Santoso, tewas.

Dengan demikian, maka kemungkinan besar eksistensi kelompok MIT tersebut berakhir pasca-tewasnya Santoso.

"Kalau ada kelanjutannya dari kelompok tersebut nanti, berarti Santoso telah membuat wasiat untuk penerusnya," ujarnya.

Menurutnya, yang berpeluang besar meneruskan kepemimpinan Santoso adalah Basri. Sebab, orang kepercayaan Santoso tersebut telah lama bersama Santoso di hutan Poso dan lebih mnengenal para anggotanya.

"Ali Kalora orang kepercayaan Santoso juga. Tapi, dia tidak begitu dekat dengan Santoso," ujarnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini