Laporan Wartawan Tribunnews.com, Amriyono Prakoso
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Presidium Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI), Agung Sedayu mengatakan bahwa terungkapnya pemalsuan vaksin menjadi bukti Indonesia dalam keadaan Darurat Farmasi.
Hal itu dikatakan oleh Agung karena pemerintah terlalu lemah dalam melakukan pengawasan terhadap peredaran obat dan vaksin.
"Penemuan masifnya peredaran vaksin palsu ini adalah pertanda pemalsuan obat di negeri ini sudah dalam keadaan darurat," ujarnya di Jakarta, Minggu (24/7/2016).
Agung menjelaskan perbuatan pemalsuan vaksin untuk anak merupakan kejahatan kemanusiaan apalagi telah berlangsung selama 13 tahun dan telah digunakan oleh belasan rumah sakit, klinik serta apotek.
Lebih lanjut, dirinya menyampaikan bahwa Indonesia telah mengalami wabah polio pada 2005-2006 dengan menyerang 385 anak yang mengalami lumpuh permanen.
Sementara pada kurun waktu 2009-2010 penyakit Campak menyerang 5.818 anak, 16 diantaranya meninggal dunia.
Disebutkan dalam laporan WHO pada 2008, obat dan vaksin palsu telah menyuplai lebih dari 15 persen obat di seluruh dunia dengan keuntungan mencapai 39 Miliar USD.
"Pemerintah mesti bergerak cepat mencari dan memusnahkan vaksin palsu yang masih beredar, sekaligus memastikan kejahatan itu tidak terulang lagi," tegas Agung.
Pemerintah juga diminta harus memperbaiki sistem pengawasan vaksin dan obat serta memperkuat stakeholder yang diberi wewenang untuk pengawasan peredaran obat-obatan.