TRIBUNNEWS.COM - Kompetisi global sudah di depan mata, bahkan Indonesia sudah mulai memasuki pasar bebas regional dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN.
Ditambah lagi, persaingan semakin kompetitif, apalagi di masa depan.
Untuk itu, anak harus dibekali dengan kemampuan yang sesuai dengan kondisi tersebut.
"Persaingan semakin berat, manusia semakin banyak, ilmu makin banyak, proses mendapatkan informasi semakin cepat, semakin dekat, dengan begitu pendidikan juga semakin meningkat. Standar dari kebutuhan profesi semakin tinggi, maka itu sebagai orangtua kita harus mempunyai kesadaran untuk mempersiapkan masa depan anak-anak kita," ungkap Darius Sinathrya, presenter sekaligus Ayah dari tiga orang anak ini.
Donna Agnesia, istri Darius juga mengungkapkan bahwa mereka sendiri menyekolahkan anak-anak mereka yaitu Lionel, Diego, dan Sabrina bukan di sekolah Internasional.
Sehingga untuk bisa bersaing di dunia global mereka memutuskan untuk memasukan anak-anak mereka di tempat kursus bahasa inggris.
Pada saat itu, Darius dan Donna memilih EF sebagai tempat kursus bahasa Inggris anak-anak mereka.
EF menyambut tahun ajaran baru 2016 memperkenalkan program akademik baru yang dapat memenuhi kebutuhan anak saat ini serta mengakomodasi keinginan orangtua berdasarkan karakternya, yakni Trailblazers.
“Trailblazers diciptakan untuk menyempurnakan Trailblazers sebelumnya yang disusun untuk siswa berusia 10-14 tahun. Seluruh konten akademis di dalamnya disesuaikan dengan kebutuhan dan minat anak saat ini dengan menggunakan ilustrasi visual dan karakter yang menarik di setiap unitnya. Melalui konten yang relevan dengan keseharian mereka, belajar bahasa Inggris akan lebih mudah,” ungkap Savitri Manan, Regional Director EF, pada kesempatan launching Trailblazers, Kamis (28/07/2016) di EF Center, Kuningan City Jakarta.
Menurut penelitian yang EF lakukan lima tahun terakhir, terdapat empat tipe orangtua berdasarkan riset yaitu:
Ambitious Commander
Gaya pengasuhan ini memiliki tujuan yang jelas dan visi ideal bagi anak mereka.
Cenderung dominan dalam pengambilan keputusan dengan mendorong mereka untuk medapatkan keahlian tertentu agar mereka dapat tampil unggul di sekolah maupun luar sekolah.
Keberhasilan bagi mereka adalah saat melihat anak-anak berada di atas.
Silent Achiever
Gaya pengasuhan ini percaya bahwa pertumbuhan alami sangat penting untuk perkembangan yang sehat anak mereka.
Mereka cenderung mencari yang terbaik bagi anak-anak dan membangun lingkungan yang dapat dapat menarik minat belajar anak.
Short-Term Worrier
Gaya pengasuhan ini memberikan kebebasan bagi anak-anak dan menyediakan pengaman bila mereka terjatuh.
Mereka cenderung membandingkan performa anak lain sebagai tolak ukur dan menjadi khawatir ketika menyadari anak mereka mengalami ketertinggalan.
Happy-Go-Lucky
Gaya pengasuhan ini menekankan pada kebebasan perkembangan bagi anak mereka.
Mereka memiliki kepercayaan besar akan kemampuan anak dan tidak khawatir akan tantangan yang akan mereka hadapi di masa depan.
Mereka berusaha membangun hubungan yang kuat, mendukung kebutuhan mereka dan memastikan mereka hidup nyaman dan bahagia.
“Dari keempat tipe orangtua ini tidak ada yang salah ataupun yang paling benar. Kami mengungkapkan ini dengan tujuan untuk membantu para orangtua mengenal gaya mendidik mereka supaya mereka bisa menyeimbangkannya dengan karakter anak sehingga membentuk pribadi anak yang unggul.” pungkas Joris Satyadharma, Marketing Director EF English First.
"Saya ikut kuisnya dan ternyata saya dan Darius sama tipe-nya, yaitu silenct achievers. Saya memberikan mereka kesempatan untuk kursus olahraga, kursus bahasa inggris. Tapi nantinya, mau jadi apa saat besar nanti, semuanya akan kembali kepada mereka," Ungkap Dona Agnesia.
Trailblazers sendiri menekankan pada upaya membantu siswa meraih prestasi terbaik mereka di sekolah dan unggul dalam kehidupan sehari-hari.
“Keterlibatan komponen digital berperan cukup besar dalam Trailblazers. EF mengeluarkan fitur EF Students App dan EF Mentor untuk membantu siswa belajar di manapun dan kapanpun. EF Students App adalah aplikasi mobile untuk mengerjakan PR dan tugas dari guru, dengan respon yang cepat, sedangkan EF Mentor merupakan aplikasi mobile untuk berlatih kosakata baru setiap hari,” ungkap Savitri.
Dengan program Trailblazers ini, Dona dan Darius merasa terbantu untuk mengawasi perkembangan anak-anak mereka.
"Kita sebagai orangtua sudah bisa mendapatkan info mengakses perkembangan anak-anak dikelas, apa yang mereka kerjakan, pelajaran apa yang mereka dapat, aktivitas mereka seperti apa, masuk les atau tidak. Itu sangat membantu kita sebagai jembatan komunikasi walaupun tidak langsung melihat kegiatan anak-anak. Kami pikir dengan aplikasi seperti ini EF memberikan fasilitas untuk anak dan orangtua bisa tahu, achievement-nya seperti ini, kebutuhannya seperti ini. Ketika bertemu dengan anak-anak di rumah kita bisa berkomunikasi lebih jauh, bisa berdiskusi, sehingga jika ada masalah bisa jadi cepat diselesaikan," ungkap Darius.
Untuk mengakomodir kebutuhan anak yang relevan dengan kondisi sekarang, EF mengerti bagaimana orangtua ingin selalu mengawasi keseharian anak mereka, karenanya EF juga mengembangkan EF Parents, sebuah aplikasi mobile yang memungkinkan orangtua melihat bagaimana kegiatan anak mereka saat belajar di EF.
“Dunia sekarang ini memang sudah berubah, bukan saja makin kompetitif karena globalisasi tetapi juga memasuki era digital, sehingga anak cenderung menghabiskan waktunya dengan gadget. Karena itu, mendekati mereka tentu saja dengan bahasa yang mereka kenal yaitu dunia digital,” ungkap Donna.
“EF punya keduanya, karena itulah saya memilih EF sebagai tempat anak saya belajar bahasa Inggris sejak tahun 2012,” tambahnya lagi.
Selain berupa foto dan video, orangtua bisa berinteraksi langsung dengan meninggalkan komen untuk guru melalui aplikasi ini.
Tidak hanya berfokus pada tujuan akademis, EF menyadari bahwa anak-anak harus mengembangkan kepercayaan diri mereka untuk bisa bersaing di masa depan.
Untuk itu, Trailblazers juga didesain untuk bisa meningkatkan kemampuan transferable skills para siswanya, seperti kemampuan presentasi, pengambilan keputusan, leadership, kerjasama tim, dan lain-lain, sebagai bekal penting menghadapi persaingan global.
"Setelah belajar di EF anak-anak sekarang lebih aktif menggunakan bahasa inggris dirumah. Mereka bisa bercerita, bermain dan berkomunikasi dengan bahasa inggris," kata Dona.
Trailblazers sendiri disusun sedemikian rupa untuk bisa memenuhi harapan dan keinginan orangtua terhadap anak mereka, baik itu orangtua dengan tipe Ambitious Commander, Silent Achiever, Short-term Worrier, maupun Happy-Go-Lucky.
EF English First sebagai lembaga pendidikan berusaha memahami kemampuan seperti apa yang dibutuhkan anak untuk bersaing di era global ke depan.
“Terdapat perubahan pada tujuan belajar bahasa Inggris anak-anak dan remaja, yang tadinya fokus pada nilai di sekolah menjadi lebih bersifat kebutuhan sehari-hari. Anak-anak dan remaja saat ini belajar bahasa Inggris untuk memuaskan rasa penasarannya terhadap dunia," ungkap Joris.
“Perubahan ini terjadi karena adanya perkembangan dalam kehidupan mereka. Anak dan remaja saat ini didominasi oleh perkembangan digital melalui internet dan sosial media. Keterbukaan ini menuntun kita kepada kompetisi global, khususnya bagi generasi muda," tambahnya lagi.
Dona dan Darius juga berpesan kepada orangtua di luar sana bahwa bahasa inggris penting karena memang persaingan sekarang bukan hanya di dalam negeri saja tapi sudah jadi global.
"Banyak sekali tenaga kerja dari luar masuk ke dalam dan kesempatan orang Indonesia keluar dengan profesi yang baik itu juga terbuka lebar, jadi tergantung skill masing-masing individunya, sehingga kita sebagai orangtua ingin memberikan yang terbaik sebagi bekal kepada anak-anak kita, salah satunya dengan belajar bahasa inggris, karena bahasa adalah jembatan komunikasi. Kita bekali dulu dari kecil sehingga saat besar nanti apapun jalan yang mereka pilih basic-nya sudah kuat," pesan Darius.
Selain berbagai kelebihan tadi, dalam menyambut tahun ajaran baru 2016, EF English First menawarkan promo “Back to School” dengan diskon hingga Rp2 juta di setiap EF Centers.