TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai mempertanyakan kinerja badan Intelijen yang tidak berfungsi secara baik menjalankan tugas-tugasnya sebelum kejadian pembakaran rumah ibadah di Tanjung Balai.
Dia mengatakan dalam temuan Komnas HAM, pihak intelijen telah bertemu dengan masyarakat di wilayah tersebut seminggu sebelum kejadian.
"Padahal orang intelijen yang seabrek itu sudah bertemu dengan petinggi-petinggi di sana pada 23 Juli kejadian pada 29 Juli 2016. Ini berarti kan harusnya ada antisipasi," ujarnya di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Kamis (11/8/2016).
"Itu suatu hal yang mustahil kalau intelijen tidak tahu soal akan terjadinya kejadian ini. Meski banyak omongan kalau kasus di Tanjung Balai masalah pribadi atau apa lah," katanya.
Komnas HAM menilai pada awalnya komunikasi antara Meliana (41) dengan Uwo serta Heriyanti dan Kasidi bukan merupakan pembicaraan yang tendensius.
Namun karena terpicu permasalahan SARA, kasus itu mengakibatkan pada perusakan dan pembakaran 15 rumah ibadah.
"Ini terjadi karena distorsi informasi yang dilakukan dan disebarluaskan oleh oknum tertentu dengan tendensi kebencian terhadap etnis Tionghoa di Tanjung Balai," ujarnya.