"Aku salah apa, warga Surabaya salah apa, nggak usah takutlah Pak Ahok, wong beliaunya itu incumbent (petahana)," terang Risma.
Mengenai pendestrian di Surabaya, bukan sekadar pendestrian biasa, melainkan trotoar dari bahan mahal dengan fasilitas box culvert yang berfungsi sebagai saluran air.
Selain itu, masih ada program yang patut dibanggakan, yaitu pendidikan dan kesehatan gratis.
Mobil jenazah dan ambulans tersedia 24 jam, gratis untuk warga tidak mampu.
Risma menyebutkan Kota Surabaya memberi makan pada lansia dan orang cacat. Ini merupakan bukti Surabaya tidak layak direndahkan.
"Kami juga bangun beberapa jalan menggunakan dana dari APBD. Ini bukan soal pencalonan ini sudah menyangkut harga dirinya warga Surabaya," tegasnya," tandasnya.
Tak tersulut emosi
Risma berharap warga Surabaya tak tersulut emosinya. Ia menyebut musuh warga Kota Pahlawan adalah masyarakat ekonomi Asean.
"Musuh kita bukan orang Jakarta, Semarang, Bandung. Musuh kita sebenarnya adalah masyarakat ekonomi Asean. Sekali lagi saya berharap warga Surabaya tidak usah terpancing emosi," katanya.
Apakah pernyataan Ahok itu terkait skenario politik? Risma mengaku tak mengetahuinya. Ia menegaskan tak berniat untuk mencalonkan diri menjadi Gubenur DKI Jakarta.
"Saya nggak tahu, nggak ada gunannya terus nyerang aku. Itu kan jadi nggak bagus. Ya sudah, kalau memang aku yang mau di-itu (diserang), wong aku ya nggak ada niat dan kepingin untuk nyalon (menjadi calon Gubernur DKI Jakarta)," katanya.
Disinggung apakah dirinya masih marah, Risma mengaku tidak marah.
"Saya ini sebenarnya tidak marah. Saya hanya ingin memberi tanggapan lebih dulu terhadap pernyataan Pak Ahok, mewakili warga Surabaya. Kan nggak bagus kalau warga langsung yang memberi tanggapan," katanya.
Ditanya soal pernyataan Ahok bila Risma jadi ikut Pilkada DKI Jakarta, Ahok akan beradu program, Risma pun menegaskan tak ada niatan untuk berangkat dalam pencalonan itu. "
Ya siapa yang mau berangkat (ikut Pilkada Jakarta), wong aku niat saja tidak ada,"tegasnya. (surya/ry)