TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gloria Natapradja Hamel mengirimkan surat pernyataan ke Presiden Joko Widodo, 13 Agustus 2016.
Surat itu merupakan surat pernyataan sebagai warga negara Indonesia.
Berikut isi surat tersebut:
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama: Gloria Natapraja Hamel
Lahir: di Indonesia - Jakarta 1 Januari 2000
Jenis Kelamin: Perempuan
Pendidikan: SMA Islam Dian Didaktika, Cinere, Depok,
Nama Ayah: Didier Hamel
Nama Ibu: Ira Natapraja
Alamat: Jalan Sulawesi Blok G, Nomor 96 A, Cinere, Megapolitan Estate Depok, Jawa Barat.
Dengan ini saya menyatakan:
1. Saya diTAKDIRKAN terlahir dari perkawinan antara ibu Saya yang bernama IRA NATAPRAJA (Warga Negara Indonesia) dengan Ayah Saya yang bernama DIEDIER HAMEL (Warga Negara perancis);
2. Bahwa Saya sejak lahir sampai saat ini tinggal di Indonesia dan mengikuti pendidikan sejak TK, SD, SMP dan SMA di Indonesia;
3. Bahwa Saya TIDAK pernah memilih kewarganegaraan Perancis, karena Darah dan Nafas Saya untuk INDONESIA TERCINTA;
4. Bahwa sesuai dengan Pasal 4 huruf d, UU No. 12 Tahun 2006, Saya adalah Warga Negara Indonesia, serta sesuai dengan Pasal 21 UU No. 12 Tahun 2006, maka saya adalah Warga Negara Indonesia.
Maka dengan ini Saya menyatakan kepada Yang Mulia Presiden RI Bapak Ir. H. Joko Widodo, saya WARGA NEGARA INDONESIA dan memilih Kewarganegaraan Indonesia serta akan tetap menjadi Warga Negara Indonesia karena Indonesia adalah tanah tumpah darah saya.
Deikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan mengangkat sumpah atas kebenaran.
Dibuat di Cibubur, 13 Agustus 2016.
Surat tersebut dibubuhi tanda tangan Gloria beserta materai 5.000. Ibu Gloria, Ira Natapraja pun turut membubuhkan tanda tangan di bawahnya.
Saat dikonfirmasi, Ira membenarkan keberadaan surat tersebut.
"Betul. Surat itu saya buat di asrama PP PON, tempat Gloria berlatih, tanggal 13 Agustus 2016," ujar Ira kepada Kompas.com, Selasa (16/8/2016).
Surat itu dibuat sebelum sang putri dicoret dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga. Surat itu pun dikirim ke Presiden melalui salah satu staf di Kemenpora.
"Tapi sampai sekarang enggak ada balasan," ujar dia.