TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut pemerintah terus berupaya membebaskan seluruh sandera yang ditawan kelompok bersenjata di Filipina. Saat ini, tersisa sembilan orang yang masih disandera.
"Tentu tetap diusahkan. Ini kan seperti selalu yang saya katakan. Jadi kita minta Filipina berusaha dengan baik, karena sama apabila ada masalah di Indonesia tentu yang berupaya Indonesia juga, karena itu kita tidak mungkin intervensi," kata Kalla di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (18/8).
Terkait adanya ancaman pemenggalan terhadap para ABK oleh kedua kelompok itu, menurut Kalla itu adalah suatu bentuk daya tawar dari pelaku penyanderaan.
"Kan selalu begitu saja, orang penyandera selalu mengancam. Di mana pun di dunia ini selalu begitu," ujarnya.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan kedua warga negara Indonesia yang berhasil melarikan diri dari penyandera kelompok Abu Sayyaf dalam keadaan sehat walafiat. Menteri Retno mengaku telah melaporkan lolosnya dua WNI dari kelompok Abu Sayyaf.
"Keadaannya sehat. Dalam kondisi sehat," ujar Retno.
Menurutnya, usai bertemu Presiden Jokowi, arahan yang diberikan masih sama, yakni keselamatan para sandera merupakan yang utama. Kini, tim KBRI di Manila telah menjemput dua WNI itu untuk proses pemulangan ke tanah air setelah selesai melaksanakan tes kesehatan di sana.
Seiring dengan itu, tim yang dikirim untuk menjemput dua WNI itu juga menghimpun informasi terkait penyanderaan mereka di tangan kelompok Abu Sayyaf tersebut. Segala proses itu akan dipercepat.
"Secepatnya akan diserahkan ke keluarganya, karena proses mengambil informasi sampai saya ketemu presiden tadi belum selesai," ujar Retno.
Menko Polhukam Wiranto memastikan bahwa dua dari 11 warga negara Indonesia yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina, berhasil melarikan diri. Dua WNI tersebut yakni bernama Sofyan dan Ismail.
Sofyan kini berada di Zambuanga, sementara Ismail berada di Sulu. Keduanya sudah berada di otoritas Filipina dan tengah menjalani pemeriksaan kesehatan.
Wiranto enggan mengungkapkan bagaimana cara kedua WNI anak buah kapal niaga tersebut bisa lolos dari penculik. Ia mengatakan, biarkan mereka sendiri yang nanti bercerita proses lolos itu.
"Kita dapat hadiah 17-an. Kemarin dapat berita dua orang lolos dari tangan penculik," ujar Wiranto.
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Filipina pun telah dikonfirmasi atas peristiwa itu. KBRI tengah mengawal pemeriksaan kesehatan sandera di Filipina untuk kemudian dibawa kembali ke Tanah Air.
Wiranto berharap perkembangan pembebasan sisa para sandera lebih baik lagi ke depannya. Pemerintah Filipina sudah memberikan ancaman serius kepada para penyandera melalui tekanan militer sekaligus psikologis.
"Oleh sebab itu kami doakan agar teman-teman kita yang tersandera cukup lama itu segera bisa bebas," ujar Wiranto seraya menengarai lolosnya dua WNI tersebut tidak mengancam keselamat 9 WNI yang masih disandera.
"Ada yang lolos atau enggak lolos, akan sama saja," ujarnya.
Tingkat ancaman keselamatan terhadap para WNI yang masih disandera, menurut Wiranto, sama saja. Mengenai WNI yang masih disandera, ia tidak mau mengungkap lebih lanjut. Ia berharap agar tekanan militer dan psikologis oleh Pemerintah Filipina berbuah positif terhadap pembebasan para sandera di Filipina.
"Yang jelas, kita jangan mendahului. Ya kita doakan yang lain tetap selamat," ujar Wiranto.
"Dengan tekanan-tekanan pihak Filipina dan dengan keseriusan pihak Indonesia, terutama Menlu yang terus menerus memberikan satu atensi khusus ini, mudah-mudahan ada perkembangan yang lebih baik," lanjutnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir menegaskan saat ini pemerintah terus berupaya dalam membebaskan seluruh warga negara Indonesia yang menjadi sandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina.
Menurut Arrmanatha, pemerintah menjalankan strategi multi tracking melalui Pusat Penanganan Krisis (Crisis Center) yang dipimpin oleh Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam).
"Target kami sudah jelas, yaitu membebaskan sandera," kata Arrmanatha.
"Upaya pembebasan selama ini dilakukan melalui Crisis Center yang dipimpin oleh Menko Polhukam. Kami terapkan strategi multi track, upaya diplomasi dan negosiasi," tambah dia.
Arrmanatha menuturkan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi terus memberikan tekanan kepada Pemerintah Filipina agar mengambil langkah dalam membebaskan sandera.
Selain itu, kata Arrmanatha, Pemerintah juga mendesak Pemerintah Filipina dan Malaysia untuk meningkatkan keamanan di wilayah perairan mereka. Apalagi, dua peristiwa penyanderaan terakhir juga terjadi di perairan Malaysia.
"Menlu terus memberikan tekanan kepada Pemerintah Filipina supaya mengambil langkah agar bisa membebaskan sandera. Tekanan juga kami berikan kepada pemerintah Malaysia untuk meningkatkan keamanan perairan mereka," kata Arrmanatha.
Selain upaya negosiasi, pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga bergerak dengan mengirimkan intelijen ke Filipina Selatan dan Sabah untuk mencari informasi yang berguna terkait pembebasan sandera.
Selain pemerintah, pihak perusahaan pun, kata Arrmanatha, terus melakukan komunikasi yang intensif dengan kelompok penyandera. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya negosiasi.
"Perusahaan juga terus melakukan komunikasi yang intensif dengan para penyandera dan ini dikoordinasikan melalui Crisis Center," ucapnya.
Kementerian Luar Negeri RI telah mendapatkan informasi mengenai bebasnya satu orang warga negara Indonesia sejak Rabu pagi (17/8).
WNI tersebut merupakan anak buah kapal TB Charles bernama Muhamad Sofyan yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf pada bulan Juni lalu di Filipina Selatan.
Arrmanatha mengatakan, saat ini Muhamad Sofyan dalam keadaan baik. Menurut dia, Muhamad Sofyan telah mendapatkan serangkaian pemeriksaan kesehatan sejak ditemukan oleh pihak Kepolisian Sulu, Filipina.
Selain pemeriksaan kesehatan, Sofyan juga menjalani proses wawancara untuk mengambil keterangan lebih lanjut terkait peristiwa penyanderaan dan apa saja yang sudah dialami oleh Sofyan selama disandera oleh kelompok Abu Sayyaf.
"Tentunya dia sudah menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan interview untuk mengambil keterangan lebih lanjut kepada yang bersangkutan," ucapnya.
Arrmanatha juga mengatakan saat ini Muhamad Sofyan telah berada di kota Zamboanga. Tim dari Kedutaan Besar RI Manila dan Konsulat Jenderal RI di Davao pun sudah berada di Zamboanga untuk menemui Sofyan.
"Saat ini yang bersangkutan sudah berada di Zamboanga dan KBRI di manila juga sudah berada di Zamboanga untuk menemuinya," kata Arrmanatha. (tribunnews/wahyu aji/kompas.com)