Sementara ada pula yang mengusulkan agar jabatan menteri ESDM diambilkan dari profesional yang ada di dalam negeri.
Mengapa Presiden tidak menunjuk diantara mereka yang pasti tidak punya masalah seperti Achandra? Barangkali Presiden punya pertimbangan lain, suatu kepercayaan selalu memiliki ruang mempribadi, dan kita tidak perlu berteka-teki tentang hal ini karena sebentar lagi akan segera mendapatkan jawaban ketika Presiden melantik menteri ESDM apakah Achandra atau profesional lainnya.
Yang jelas harapan publik dewasa ini menyuarakan dorongan jabatan menteri yang strategis agar definitif, tidak dijabat oleh Plt Menko Maritim yang pasti sudah sedemikian sibuknya menangani tupoksinya sendiri.
Tugas negara yang begitu besar tantangannya tidak bisa ditangani oleh figur rangkap jabatan. Nanti ada kesan kita tidak serius mengurusi sektor energi. Menteri yang baru nanti harus bisa membuktikan kinerjanya sebagai profesional dan nasionalis.
Terhadap kontrak karya asing harus dapat menciptakan hubungan ekonomi yang adil bahwa kekayaan alam kita didedikasikan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menteri juga harus faham bahwa era kita sekarang ini hilirisasi, jalan baru pengelolaan sumber daya alam yang secara ideologis kita yakini benar.