Laporan Wartawan Tribunnews.com, Yurike Budiman
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan perwakilan karyawan Bank Ekonomi Raharja (BER) dari seluruh cabang di Indonesia menggelar aksi protes atas masalah diskriminasi antara karyawan BER dan karyawan HSBC.
April 2017 nanti, Bank HSBC dan Bank Ekonomi Raharja akan resmi dintegrasikan.
Dewan Eksekutif Nasional Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) mengklaim kebijakan ini berdampak ke kalangan pekerja.
"Secara efektif pada April 2017, integrasi ini menyisakan masalah diskriminasi, perbedaan perlakuan antara karyawan HSBC dengan karyawan Bank Ekonomi Raharja. Mereka tidak mau berdialog, padahal kami punya hak untuk menyuarakan aspirasi hak dan kepentingan karyawan," kata Presiden OPSI Saepul Tavip saat demo berlangsung di depan Bank Ekonomi, Jalan Boulevard Raya, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin (26/9/2016).
Namun sayangnya, ketika kalangan serikat pekerja kedua bank itu minta berunding, pihak manajemen belum memberikan kepastian. Perwakilan karyawani juga menilai kebijakan proses integrasi kedua bank itu pun sangat tidak transparan.
"Ini yang menjadi masalah kita, kita tidak tahu karyawan ini nasibnya gimana,masa depannya seperti apa, kelangsungan bekerjanya bagaimana, tidak jelas sama sekali karena tidak ada hak sama sekali," tuturnya.
Menurutnya, hal ini sudah meresahkan para karyawan Bank Ekonomi Raharja yang sudah 20 tahun bekerja.
"Kami tidak diberikan hak memilih dalam hubungan kerja, tidak ada perundingan sedangkan karyawan HSBC diberikan. Kedua, struktur organisasi didominasi oleh karyawan HSBC cabang Indonesia," ujarnya.
Untuk diketahui, pada 2009 HSBC sebagai bank asing membeli saham Bank Ekonomi Raharja sebesar 98,94 persen. Dampaknya, sebagai pemilik saham mayoritas, HSBC mulai melakukan berbagai upaya penyesuaian atau restrukturisasi, terhadap bisnis bank HSBC maupun ke Bank Ekonomi Raharja.
April 2017 nanti, HSBC akan melakukan aksi korporsi yaitu integrasi kedua bank tersebut menjadi HSBC Indonesia.