“Teman-teman saya yang atlet normal sering bertanya ‘Ngapain sih ikutan yang kaya gitu? Kenapa gak berhenti aja,” ucap Laura menirukan pertanyaan dari rekannya.
Tantangan itu justru dari luar dirinya.Namun, motivasi utama didapatkan dari orang tua yang membuat Laura tetap semangat seperti sekarang ini.
“Dulu, saat saya gak bisa jalan itu sempat nge-drop,” cerita Laura. “Tapi, karena terus dimotivasi saya pun jadi mau.”
Laura saat ini masih bersekolah di SMA. Ada pengorbanan besar baginya untuk menjadi seorang atlet, terutama dalam hal waktu.
Perempuan yang punya harapan tampil di tingkat internasional ini menyatakan dirinya beruntung karena sekolahnya mau mengerti terutama saat ia mengambil cuti panjang selama satu semester.
“(Pengorbanan untuk menjadi atlet itu meliputi) Uang, waktu, tenaga, sekolah, juga,” kata Laura. Ia menambahkan bahwa ia berlatih terus sepanjang hari selama 1,5 jam sampai dua jam.
Terkait penyelenggaraan Peparnas, Laura pun memberikan apresiasi.
“Untuk penyelenggaraan ini terbilang rapi karena saya sudah mengikuti berbagai event. Jadi kelihatan sekali, penyelenggaraannya rapi,” ungkap Laura.
Laura meraih medali perak dalam ajang Peparnas yang pertama kali diikutinya. Namun, medali bukan satu-satunya penghargaan atas prestasi tertinggi.
Sosok Laura mengajarkan kita bagaimana sesungguhnya seseorang yang hebat itu bukan yang berdiri saat menang, tetapi yang mampu bangkit saat terjatuh.(*)