Laporan Wartawan Warta Kota, Nur Ichsan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Yusril Ihza Mahendra menyambut baik pernyataan Presiden Joko Widodo yang tak akan mengintervensi penanganan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur DKI (nonaktif) Basuki Tjahaja Purnama.
Pria yang beken dipanggil Ahok sudah berkali-kali meminta maaf terkait dengan pidato saat di Kepulauan Seribu pada 23 September lalu.
Selain dilaporkan ke kepolisian, ucapan Ahok itu memicu rencana demo pada 4 November 2016 dari Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI.
Masuk dalam tokoh yang peduli situasi Pilkada agar damai, Yusril menjelaskan sikapnya yang mendukung siapapun yang benar-benar ingin membangun dan memperbaiki ibukota kita ini.
Sama seperti pernyataan Jokowi, soal demo menurut Yusril, demonstrasi menuntut sesuatu adalah hak setiap orang dan sepanjang demontrasi dilakukan dengan cara-cara yang sesuai dengan hukum yang berlaku, demo adalah sah.
Hanya saja, tokoh yang pernah menjabat menteri di 3 kabinet, dalam Kabinet Pemerintahan Indonesia Yusril itu memaparkan, akumulasi kejengkelan ini dapat pula dimanfaatkan untuk beragam kepentingan politik sesaat yang berada di luar agenda kepentingan umat Islam.
"Marilah kita sama-sama menjaga demo ini agar tidak berubah menjadi kerusuhan dan tindak kekerasan yang pasti akan merugikan kepentingan bangsa kita seluruhnya," tutur Yusril, salah seorang Pakar Hukum Tata Negara Indonesia dan juga seorang pakar politik itu saat ditemui Rabu (2/11) di Jakarta.
"Karena Ahok sudah minta maaf, ajaran dengan tulus dan ikhlas, kita perlu memaafkan yang bersangkutan dan mendoakan agar yang bersangkutan mau mempelajari Islam lebih dalam. Sehingga mengerti ajaran Islam itu seperti apa indahnya," tutur pria yang pernah menjadi pengurus Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia dan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI).
Yusril termasuk tak setuju jika mengalahkan Ahok, dengan menggunakan isu SARA. "Kurang baik dalam demokrasi kita," tutur Yusril membicarakan kandidat tiga pasang tokoh calon gubernur DKI saat ini. Karena, "Ahok juga pendukung yang cukup banyak dan kita harus hormati hak-hak mereka untuk memenangkan kandidatnya."
Demo di tengah musim kampanye begini, Yusril mengatakan, memang rawan dimanfaatkan pihak lain yang mencari keuntungan. "Polisi harus sangat bijak dan hati-hati dalam pemeriksaan, karena pak Ahok adalah satu kontestan dalam Pilkada DKI," ujar Yusril.
"Supaya jangan sampai dimanfaatkan oleh dua kandidat yang lain untuk menjatuhkan pak Ahok," jelas pria kelahiran Lalang, Manggar, Belitung Timur itu.
"Pada hemat saya, umat Islam akan membukakan pintu maaf," ujar Yusril. "Jika yang bersangkutan sudah meminta maaf dengan tulus, kita umat Islam juga baik kalau memaafkan. Percayakan kasus hukumya pada polisi," paparnya setuju dengan pendapat Ahok, apabila manusia bertobat atau mohon maaf maka Tuhan pun akan memaafkan.
Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) itu menuturkan, dugaan penistaan agama yang diduga dilakukan Basuki Tjahaja Purnama perlu distop dengan proses hukum.
"Apalagi yang mau didemo, jika semua keinginan dan tuntutan telah dipenuhi," ujar Yusril menegaskan.