TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Jaringan teroris Majalengka, Rio dan tiga rekannya belajar membuat peledak dari informasi yang dibagikan anggota ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah) asal Indonesia, Bahrun Naim, melalui internet.
Kadivhumas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (30/11/2016), mengatakan tersangka kasus terorisme, Rio Priatna Wibawa (ditangkap di Majalengka) dan tiga rekannya, Bahrain Agam (ditangkap di Aceh Utara), Saiful Bahri (ditangkap di Serang, Banten) dan Hendra alias Abu Pase (ditangkap di Tangerang Selatan, Banten) mempelajari cara membuat bahan peledak dari pelatihan melalui online.
"Bahrun Naim membagikan info-info melalui online," kata Boy. Selain itu mereka juga mempelajarinya secara otodidak dari internet.
Para tersangka berkenalan melalui media online dan mulai bertemu sejak Juni 2016. Mereka kemudian melakukan permufakatan jahat untuk melakukan kegiatan teror di antaranya membangun laboratorium kimia di rumah Rio di Majalengka dan membuat bahan peledak.
Rio sendiri pandai meracik berbagai bahan kimia karena sebelumnya tertarik pada hal-hal berbau kimia. Ia pernah kuliah di fakultas pertanian di sebuah universitas di Majalengka.
Bahan-bahan kimia yang digunakan oleh Rio dan rekannya, dibeli dari toko online, satu di antaranya di Jalan Pramuka, Jakarta Timur. "Mereka ini cukup kreatif. Bahan-bahannya itu juga yang dipakai dalam keseharian, ada yang dibeli online dan di toko," ujarnya.
Boy mengatakan bahan peledak yang dibuat kelompok ini diperkirakan berdaya ledak tinggi, kekuatannya melebihi bom dalam peristiwa Bom Bali.
"Bahannya RDX dan TNT, efek ledakannya dahsyat. Buatan Rio dan teman-temannya ini menang (punya kelebihan) dari segi bahan karena RDX itu high explosive. Sedang bom Bali itu low explosive tapi jumlah bahannya banyak," katanya.
Dari hasil pemeriksaan diketahui Rio dan Bahrain sudah memilih beberapa lokasi strategis yang akan dijadikan target aksi bom bunuh diri. Bahan peledak yang diproduksi oleh Rio dan tiga rekannya ini diketahui telah dipesan oleh sejumlah orang dari kelompok Bahrun lainnya.
Rencananya bahan peledak itu akan digunakan untuk aksi bom bunuh diri di berbagai lokasi yakni di Gedung DPR/MPR/DPD, Mabes Polri, beberapa gedung kedutaan besar, stasiun televisi dan vihara pada akhir 2016.
Menurut Boy, saat ini seluruh hasil kloning percakapan antara kelompok tersebut dengan Bahrun Naim tengah dipelajari oleh Densus 88 Antiteror. "Kelompok ini ada niatan bisnis bahan peledak, mereka terima pesanan bom hanya kurang detonator saja. Kalau sudah ditambah detonator bisa jadi bom," tambahnya.
Menurutnya kelompok ini juga boleh dibilang kreatif karena menggunakan barang-barang yang mudah didapat untuk membuat peledak. "Barang yang mudah didapat dan murah itu semisal kutek," ujar Boy Rafli Amar. (tribunnetwork/theresia felisiani)