News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tokoh Ditangkap

Mantan Anggota BAIS Sebut Rachmawati, Sri Bintang dan Kivlan Bukanlah Ancaman

Editor: Hendra Gunawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Aktivis yang juga tersangka dugaan makar pada 2 Desember lalu, Rachmawati Soekarnoputri (tengah) bersalaman dengan kuasa hukumnya Yusril Ihza Mahendra (kanan) usai memberikan keterangan kepada wartawan terkait dugaan makar di kediamannya, Jakarta, Rabu (7/12/2016). Dalam keterangannya, Rachmawati menolak dugaan makar yang disangkakan kepada dirinya oleh pihak Kepolisian dan hanya mendukung dalam rangka bela islam terkait aksi damai 2 Desember 2016 lalu. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Membaca Rachmawati Sukarnoputri, Kivlan Zen, Sri Bintang Pamungkas dan sejumlah tokoh lainnya sebagai ancaman eksistensi pemerintahan saat ini, adalah tindakan yang salah menurut mantan anggota Badan Intelijen Strategis TNI, Fauka Noor Farid.

Saat dihubungi TRIBUNnews.com, Fauka Noor Farid menilai orang-orang yang sempat diamankan Polisi pada 2 Desember lalu, termasuk yang akhirnya ditetapkan sebagai tersangka seperti Sri Bintang Pamungkas, bukan lah orang-orang yang punya pasukan dan senjata. Sehingga sulit untuk meyakini bahwa mereka akan menggulingkan peerintahan.

"Kalau mau makar itu kan perlu senjata, perlu pasukan. Ini kan orang orang ini orang-orang nasionalis. Pak Kivlan pernah membasmi PKI, umurnya tujuh puluh tahun, tidak besenjata. Bu Rachmawati anaknya pak Karno," ujar Fauka Noor Farid.

Sedangkan bila mereka dituduh karena hendak meminta MPR untuk menggelar sidang istimewa, maka hal itu juga bukan ancaman. Karena mereka melakukan hal itu dengan prosedur yang ada, bahkan Rachmawati sempat menghubungi ketua MPR, Zulkifli Hasan untuk pemberitahuan.

"Dan Ketua MPR tahu, dia bilang jangan tanggal segitu (datangnya)," katanya.

Ia meyakini komunitas intelijen yang ada saat ini bisa membaca hal tersebut, bahwa orang-orang tersebut adalah orag-orang nasionalis, dan tidak punya kapasitas untuk menggelar makar. Namun ia mengaku bingung mengapa para pengambil kebijakan tetap mengamankan orang-orang tersebut, walaupun sebagian besarnya akhirnya dipulangkan.

"Komunitas intelijen seharusnya juga tahu, dan mereka juga sudah memberikan laporan," terangnya.

Mantan Komandan Detasemen Pemukul Satu Raider, Kostrad TNI AD itu mengaku percaya, bahwa pemerintahan yang tidak pernah mengkhianati rakyatnya, adil dan selalu menempatkan hukum sebagai panglima, pasti akan selalu didukung rakyat. Kata dia pemerintahan yang didukung rakyat, pastinya kuat menghadapi ancaman makar maupun kudeta.

Hal yang seharusnya dikhawatirkan pemerintah saat ini adalah potensi invasi dari pihak asing, dalam rangka mengantisipasi kemungkinan terjadinya perang Pasifik, yang akan melibatkan kekuatan-kekuatan besar. Kata dia invasi tersebut terjadi secara kasat mata, dan sesuai aturan yang berlaku.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini