Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Evita Nursanty menyampaikan belasungkawa kepada korban pesawat Hercules yang jatuh di Wamena, Papua.
Evita berharap semua pihak bersabar dan tidak menduga-duga penyebab kecelakaan hingga selesainya investigasi resmi yang dilakukan TNI AU.
"Namun saya melihat ada faktor kondisi cuaca di wilayah yang memang topografinya cukup rawan. Apalagi tujuan pesawat itu di sana memang untuk latihan navigasi," kata Evita melalui pesan singkat, Minggu (18/12/2016).
Politikus PDIP itu mengingat ada beberapa peristiwa kecelakaan pesawat terakhir ini termasuk yang dialami pesawat Skytruck milik Polri di perairan Kepri dan Helikopter Bell 412 milik TNI AD di Kalimantan.
Menurut Evita, diperlukan pengutamaan keselamatan dengan meningkatkan kesiapan baik teknis pesawat dan upaya mencegah human error.
Pemeliharaan alat utama sistem pertahanan (alutsista) diutamakan untuk mempersempit peluang kecelakaan.
"Kita tahu setiap pesawat memiliki karakteristik tersendiri dan harus betul-betul diperhatikan sehingga ke depan kita persempit peluang kecelakaan meski kita sadar soal cuaca dan nonteknis lain diluar kendali manusia," kata Evita.
Sebelumnya, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Madya TNI Hadiyan Sumintaatmadja membenarkan, bahwa Pesawat Hercules yang jatuh di Pegunungan Wamena membawa 12 ton semen.
Menurutnya, pesawat dengan nomor C-130 tersebut selain melaksanakan misi navigation exercise atau latihan, juga membawa dukungan pergeseran logistik untuk Pemerintah Daerah (Pemda) Papua.
Awalnya pesawat berangkat dari Timika - Wamena, ATD 05.35 WIT, rencana tiba 06.13 WIT.
Sebelum mendarat pilot sempat menghubungi Tower wamena terakhir pukul 06.02 WIT.
Namun, pada menit 06.08 WIT, tower inside (melihat secara manual) pesawat akan Landing.
Selanjutnya, pada menit 06.09 WIT, pesawat lost contacts.