TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maraknya hoax atau berita bohong di dunia maya saat ini, bisa berujung pada konflik yang pada akhirnya menimbulkan perpecahan.
Ketua Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD), Letjend TNI AD (purn), Kiki Syahnakri mengimbau masyarakat untuk tidak ikut-ikutan menyebarkan kabar bohong, demi utuhnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Alangkah eloknya kalau bapak ibu sekalian menerima berita lewat (aplikasi) Whats App atau sebagainya, apakah berita itu benar atau hoax, kalau itu ternyata hoax maka tidak usah diteruskan kemana-mana, ikut menyebarkan," ujar Letjend TNI (purn) Kiki Syahnakri di kantor pusat PPAD, Jakarta Timur, Kamis (26/1/2017).
Baca: PPAD: Yang Tertawa Adalah Mereka Yang Ingin Indonesia Pecah
Yang ia khawatirkan adalah berita-berita bohng tersebut dapat mempertajam konflik yang sudah ada antar anak bangsa saat ini.
Berita tersebut bisa disebarluaskan oleh oranng-orang yang abai untuk mempertimbangkan konsekuensi dari hoax tersebut.
Selain soal hoax, maraknya ujaran kebencian di media sosial (medsos) juga bisa berdampak pada situasi yang sama, yakni perpecahan bangsa.
Ia mengakui saat ini banyak orang yang bisa denga mudah mencaci pihak tertentu, sehingga membuat konflik yang ada semakin tajam.
"Ujaran-ujaran kebencian dan cercaan itu lah yang menambah tajam konflik saat ini," katanya.
Siapa yang bertanggungjawab atas segala kekacauan tersebut, Ketua PPAD mengaku tidak tahu.
Ia meyakini pemerintah, termasuk lembaga negara seperti Badan Intelijen Negara (BIN) sudah tahu siapa yang bertanggungjawab terhadap segala permasalahan tersebut.
Ia mengibau semua pihak untuk ikut berpartisipasi dalam menjaga persatuan.
Selain dengan cara tidak ikut menyebarkan berita hoax atau melontarkan ujaran kebencian, hal itu juga bisa dilakukan dengan cara menahan diri untuk terlibat konflik, serta mempererat silaturahmi antar anak bangsa.
"Agar kita semua komponen bangsa ini mempererat tali kebangsaan dalam bingkai Pancasila," katanya.