Laporan Wartawan Tribunnews.com, Srihandriatmo Malau
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketum Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku menjadi korban kelompok penyebar fitnah di media sosial atau invisible group.
Partai NasDem menilai itu merupakan risiko seseorang ketika masuk dan aktif di dunia media sosial.
Apalagi menurut Ketua DPP Partai NasDem Irma Suryani, jika seseorang terlalu sering menanggapi persoalan dengan menggunakan Media Sosial.
Baca: Sumarsono Serahkan Jabatan Gubernur DKI Kepada Ahok Sabtu Sore
"Medsos yang tidak bertanggung jawab memang harus diberi punishment. Tetapi itulah risiko jika terlalu sering menanggapi persoalan dengan menggunakan Medsos," ujar Irma Suryani kepada Tribunnews.com, Rabu (8/2/2017).
Dalam pidato politiknya, SBY mengaku kerap dijadikan sasaran berita fitnah atau hoax yang disebarkan melalui medsos oleh kelompok-kelompok tertentu.
Ada banyak kasus yang dicontohkan SBY, termasuk kabar yang menyatakan ia dan Partai Demokrat merupakan dalang di balik aksi bela Islam pada 2 November dan 4 Desember tahun lalu.
Baca: Anies Akan Awasi Serius Potensi Politik Uang Jelang Pemungutan Suara
Namun, lebih jauh Politikus NasDem tersebut mengapresiasi sikap Presiden Joko Widodo (Jokowi) ketika diserang fitnah dan caci maki bahkan yang merendahkan dirinya.
"Beliau tidak sekali pun menanggapi secara Pribadi beliau tetap sabar," katanya.
"Jika Ada yang kemudian lapor polisi, itu karena ada rakyat yang merasa simpati dan tersinggung Presidennya dihina," tambah Irma Suryani.