TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri merilis identitas pelaku peledakan bom panci di Cicendo, Yayat Cahdiyat alias Dani alias Abu Salam (41).
Pelaku tercatat tergabung kelompok teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Jawa Barat yang terafiliasi kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah atau Islamic State in Iraq and Syria (ISIS).
Demikian disampaikan Kadiv Humas Polri, Irjen Pol Boy Rafli Amar, di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (28/2/2017).
Baca: Ini Keterangan Pers Polri terkait Kasus Bom Panci di Bandung, Ungkap Sosok Yayat Cahdiyat
Boy menceritakan, dalam catatan kepolisian, Yayat sempat menjalani hukuman pidana penjara di Lapas Tangerang sekitar dua tahun karena kasus terorisme berupa penyokong senjata dan peluru untuk pelatihan paramiliter di Aceh dan kegiatan fa'i berupa perampokan mobil di sebuah SPBU wilayah Cikampek, Jabar, pada Maret 2010.
Namun, selepas menjalani hukuman kasus terorisme, Yayat bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD) pimpinan Ujang Kusnanang alias Rian alias Ujang Pincang di Bandung.
JAD se-Indonesia sempat melakukan pertemuan dan deklarasi di Batu, Malang, pada
21-24 November 2015. JAD Jawa Barat juga ikut dalam kegiatan tersebut.
Dalam pertemuan itu, terjadi telewicara antara JAD se-Indonesia dengan Aman Abdurahman yang mendekam di lapas Pulau Nusakambangan.
Bahkan, Aman Abdurahman sempat memberikan beberapa instruksi kepada para anggota JAD.
Di antaranya agar berjuang membantu dengan kelompok ISIS ke Suriah atau berjuang di Indonesia untuk yang belum mampu, serta pembentukan struktur organisasi di Indonesia untuk melakukan amaliyah.
"Kelompok ini terkoneksi dengan Aman Abdurahman. Mereka juga sudah berbaiat dengan ISIS," papar Boy.
Menurut Boy, sel jaringan kelompok JAD makin intensif melakukan perencanaan dan aksi teror di Indonesia dalam enam bulan terakhir.
Sebelum aksi Yayat di Cicendo, Bandung, pergerakan kelompok JAD ini terpantau di Waduk Jatiluhur, Purwakarta, Jabar, pada 25 Desember 2016. Dua dari empat terduga teroris kelompok ini, Abu Sofi dan Abu Fais, tewas dalam penyergapan Densus 88 AT Polri.
"Sel-sel JAD ini aktif melakukan aksi teror, baik di Jawa Barat, Bekasi, Jawa Tengah, termasuk teror di Kalimantan Timur 2016 kemarin (molotov di depan gereja Oikumene Sengkotek, Samarinda, 13 November). Jadi, mereka kelompok yang selama ini aktivitasnya lebih banyak dilakukan di Jawa Barat dan sekitarnya," tukasnya.
Selain itu, arahan dan pendanaan amaliyah untuk aksi teror di Indonesia dan bergabung dengan ISIS di Suriah juga datang dari Bahrun Naim, WNI yang menjadi petinggi ISIS di Suriah.