TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dinding rumah bercat putih tersebut tampak kusam dan penuh debu cokelat yang menempel.
Pagar besi di depan rumah juga tampak ditempeli oleh debu cokelat.
Meski berada di kompleks perumahan yang tergolong elite, tidak tampak mobil mewah di garasi rumah tersebut, Jumat (10/3/2017) sore.
Berbeda dengan rumah di sekitarnya yang tampak mewah dan terdapat beberapa mobil yang terparkir.
Baca: Fahri Hamzah Curigai Pengusutan Kasus Korupsi e-KTP, Usulkan Hak Angket
Rumah yang berada di perumahan Pondok Kelapa Permai, Jakarta Timur, tersebut milik Irman, terdakwa kasus megakorupsi proyek kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP).
Irman pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kementerian Dalam Negeri.
Menurut keterangan asisten rumah tangganya, rumah itu sepi sejak Irman ditahan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada 21 Desember 2016.
"Ini rumah seperti kuburan, sepi sejak Bapak pergi (ditahan)," ujar asisten rumah tangga tersebut.
Ia tidak mengetahui majikannya ditangkap dan ditahan penyidik KPK.
Dirinya hanya mengetahui majikannya sedang pulang kampung ke Sumatera Barat.
Irman sendiri berstatus tersangka sejak akhir September 2016. Ia menghuni Rumha Tahanan Negara (Rutan) Cabang KPK setelah menjalani pemeriksaan selama 12 jam.
Asisten rumah tangga tersebut mengatakan sebelumnya banyak orang yang datang ke rumah Irman.
Selain istri dan dua asisten rumah tangga, dulu rumah tersebut kerap menjadi tempat menginap para pegawai Kementerian Dalam Negeri.
Namun dirinya mengaku tidak mengenal orang yang datang ke rumah tersebut.
Kini setelah Irman ditangkap, rumah tersebut hanya ditempati oleh istri dan dua asisten rumah tangga.
Menurut pengakuannya, seluruh mobil yang dimiliki oleh Irman juga tidak ada lagi di rumah sejak Januari 2017 lalu.
"Mobil sudah pada nggak ada. Tapi saya tidak tahu ke mana," tambahnya.
Istri Irman mengalami syok setelah suaminya ditahan oleh KPK.
Bahkan istri Irman menderita sakit-sakitan setelah suaminya terkena masalah.
"Ibu jadi Ikut-ikutan sakit sejak Bapak pergi," jelasnya.
Istri Irman kerap menangis. Terkadang perempuan itu pergi ke rumah saudaranya di Palembang.
Di rumah, Irman dikenal sebagai sosok yang baik dan rajin menjalankan ibadah.
Selain itu Irman juga dikenal sosok dermawan.
Dirinya kerap memberikan tambahan uang kepada asisten rumah tangganya.
Terkait kasus korupsi e-KTP, menurut surat dakwaan, Irman mendapat aliran dana sebesar Rp 3 miliar.
Sang asisten rumah tangga mengungkapkan, sebelum ditangkap Irman kerap sakit-sakitan.
Tak pelak Irman sering ngompol di celana.
"Dia sakitnya sudah parah. Sampai suka kencing di celana," ujarnya.
Saking seringnya mengompol, Irman kerap menghabiskan 20 celana selama dua hari.
Menurutnya, sang majikan menderita penyakit darah tinggi, sejak sebelum ditahan KPK.
Pada persidangan perdana, Kamis (9/3/2017), Irman juga mengajukan izin berobat kepada majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Selama ditahan oleh KPK, Irman menjalani perawatan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto sejak 23 hingga 28 Februari 2017. (fahdi pahlevi)