News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Tito Jelaskan Kaitan Bom Bali dan Kedaulatan Indonesia di Papua

Editor: Sugiyarto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jend. Pol. Tito Karnavian

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA --- Peristiwa Bom Bali pada 2002 lalu yang menewaskan 186 orang, membuat pemerintah Amerika Serikat (AS) sangat berkepentingan untuk memberantas aksi teror di Indonesia.

Kapolri Jendral Pol. Tito Karnavian, menyebut hal itu salah satunya karena pelaku Bom Bali terkait dengan organisasi Al Qaeda.

Dalam pemaparannya di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI), Tito Karnavian, menyebut AS pada saat itu tengah bersemangat untuk memberantas terorisme, termasuk jaringan Al Qaeda, karena setahun sebelumnya mereka dihantam dengan peristiwa 911.

"Amerika butuh kita sebagai negara dengan penduduk mmuslim terbesar," ujarnya.

Amerika memiliki berbagai pilihan untuk bisa ikut campur dalam pemberantasan kelompok teror di Indonesia.

Kapolri mengatakan AS bisa mengambil kebijakan untuk sepenuhnya mempercayai aparat hukum di Indonesia, memberikan bantuan sehingga tidak harus terjun langsung, atau terjun langsung dengan mengirimkan tentara AS.

"(pilihan) yang ketiga mereka tidak mungkin ambil, karena kelompok (pelaku teror terhitung) kecil, (kelompok) moderatnya besar. Kalau mereka masuk, yang besar ini bisa ikut (terpancing)," ujarnya.

Tito Karnavian mengatakan AS tidak pernah menyuruh pemerintah Indonesia, untuk memberantas kelompok-kelompok tersebut.

Di hadapan pimpinan dan anggota Dewan Pertimbangan MUI, Tito Karnavian menyebut AS memohon Indonesia untuk menuntaskan permasalahan tersebut.

"There is no free lunch (red: tidak ada makan siang gratis). Kalau anda minta kepada kami, you beg us (red: anda memohon kepada kami), anda memohon, bukan meminta, ya ini, jangan ganggu Papua," ujar Tito Karnavian.

Dalam kesempatan tersebut ia juga mengingatkan, bawa AS saat itu adalah satu-satunya kutub di dunia, karena Uni Soviet sudah runtuh, dan Tiongkok belum sekuat sekarang.

Oleh karena itu AS bisa menyerbu suatu negara, dengan alasan pemberantasan aksi teror.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini