TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mabes Polri sudah menyiagakan ribuan personel untuk menjaga keamanan dan ketertiban selama unjuk rasa 313.
Bahkan ratusan personel dari luar daerah ikut dikerahkan termasuk dari Polda Jateng.
Rencananya, demonstrasi yang dikenal dengan sebutan aksi 313, pada hari Jumat (31/3/2017) nanti itu, akan digelar oleh sejumlah organisasi keagamaan.
Aksi ini, menuntut Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memberhentikan Gubernur nonaktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang berstatus terdakwa kasus penodaan agama.
Sementara Front Pembela Islam (FPI) yang dikonfirmasi kemarin, belum memastikan akan ikut mengerahkan massa pada hari Jumat mendatang.
Juru Bicara FPI Slamet Maarif mendukung aksi menuntut Presiden Jokowi mencopot jabatan Basuki sebagai Gubernur DKI Jakarta.
"FPI mendoakan aksi itu berjalan dengan lancar dan sukses sebagaimana yang sudah direncanakan," ujar Slamet, Selasa (28/3/2017).
Slamet tak menjawab terkait estimasi jumlah pendemo FPI yang akan menghadiri aksi tersebut.
Slamet berkilah agar hal tersebut ditanyakan kepada Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Muhammad Al Khathtath yang merupakan salah satu insiator gerakan tersebut.
"Kami hanya mendoakan semoga acaranya sukses dan lancar. Kami hanya mendukung aksi 313," kata dia.
Untuk mengamankan aksi, Direktorat Sabhara Polda Jateng memastikan mengirimkan 100 personel atau satu kompi Perintis ke Jakarta untuk bergabung dengan personel Polda Metro Jaya.
Direktur Sabhara Polda Jateng, Kombes Tetra Megayanto, mengatakan apel gelar pasukan dan pengiriman personel sudah dilaksanakan kemarin.
"Tadi pagi (kemarin) sudah apel gelar pasukan yang diberangkatkan ke Jakarta," kata Tetra kepada Tribun Jateng.
100 personel ini diberangkatkan dari markas Direktorat Sabhara Polda Jateng di Mijen. Mereka menggunakan kendaraan dinas, para personel ini dilepas oleh Tetra.
"Sabhara merupakan garda terdepan dan tulang punggung Polri. Hindari hal-hal berbau kekerasan. Kedepankan pendekatan humanis selama berdinas di Jakarta," pesan dia.
Sementara itu, Direktur Intelijen dan Keamanan Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Merdisyam menjelaskan, pihaknya mulai menganalisis dan mendata jumlah massa yang kemungkinan akan mengikuti rencana aksi ini.
Merdisyam juga menjelaskan, sudah mulai mendeteksi jumlah massa yang kemungkinan akan menghadiri aksi tersebut.
"Iya sudah. Dengan adanya media sosial, kan ada media sosial itu kan ya. Lagi kami data jumlah massanya," ujar Merdisyam.
Merdisyam menuturkan, hingga saat ini Polda Metro Jaya belum menerima surat pemberitahuan terkait rencana aksi tersebut.
Polisi baru mengetahui adanya rencana aksi 313 dari media sosial.
"Sampai sekarang belum ada komunikasi. Cuma secara pengajuan kegiatan untuk Polda Metro sampai malam dan saat ini belum terima laporan," kata dia.
Salah satu informasi yang diketahui polisi, lanjut Merdisyam, yakni aksi 313 bertujuan meminta Presiden Joko Widodo untuk segera memberhentikan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dari jabatan Gubernur DKI Jakarta karena menjadi terdakwa kasus dugaan penodaan agama.
"Kalau yang kami tahu dari pemberitaan media sosial, salah satunya kan tuntutannya soal Ahok itu," ucap Merdisyam.
Beberapa hari ini muncul selebaran ajakan aksi bagi umat Islam di media sosial dan aplikasi percakapan.
Demo bernama 313 itu rencananya diisi dengan salat Jumat di Masjid Istiqlal dan penyampaian tuntutan di depan Istana Negara.
Sekjen Forum Umat Islam (FUI), Muhammad Al Khaththath, membenarkan adanya aksi 313 tersebut.
Ia mengaku tengah menyiapkan sosialisasi.
Baca: Kiai Kampung Minta Jokowi Izinkan Khofifah Ikut Pilgub Jatim 2018
"Insya Allah, kami panitia sudah menyiapkan segala sesuatu, tahap sosialisasinya, pengundangan ormas, lembaga, komunitas, kaum Muslimin Jakarta khususnya, dan sekitar Jakarta," kata Al Khaththath saat dikonfirmasi, Senin (27/3/2017) lalu.
Tamasya Al Maidah
Merdisyam mengaku heran dengan adanya aksi tamasya Al Maidah. Aksi Tamasya Al Maidah bertujuan untuk memobilisasi massa dari pelbagai daerah untuk mendatangi Jakarta.
Terutama, bertepatan dengan hari Pemilihan Kepala Daerah Jakarta 19 April 2017. Merdisyam mengaku belum tahu mengenai Tamasya Al Maidah tersebut.
"Saya tidak tahu itu, Tamasya Al Maidah. Tamasya apa ya? Tamasya kok, Tamasya Al Maidah ya. Bingung juga saya, tamasya apa maksudnya, Al Maidah apa ya tidak ngerti saya," ujar Merdisyam.
Mengenai pengamanan tempat pemungutan suara pada Pilkada Jakarta, ucap Merdisyam, sudah dilakukan oleh Kelompok Petugas Pemungutan Suara (KPPS).
Pengamanan melibatkan unsur dari kepolisian dan beberapa pihak terkait. Merdisyam meminta masyarakat tidak perlu melakukan pengawasan di TPS, apalagi mendatangkan massa dari luar Jakarta.
"Saya sampaikan untuk pengamanan TPS itu, sudah dilakukan dan disiapkan oleh unsur penyelenggara. Dan kita melibatkan masyarakat yang sudah ada petugasnya, baik itu KPPS. Kemudian pengamanan juga dari pengamanan pemda dan kepolisian. Bahkan satu TPS itu dijaga unsur pengamanan langsung," ujar Merdisyam.
Merdisyam memastikan situasi Jakarta akan berlangsung kondusif saat warga menggunakan hak pilihnya di TPS. (tribun/den/kompas.com)