TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aktivis reformasi ’98 Adian Napitupulu mengatakan bahwa demokrasi di era reformasi telah dinodai diskriminasi.
Ia menganggap cara-cara menggunakan isu SARA yang dipakai oleh beberapa politikus dalam memperebutkan kekuasaan saat ini sama persis ketika saat Orde Baru (Orba) berkuasa.
“Memang sejak dulu Orba pertahankan kekuasaannya dengan SARA,” kata Adian dalam closing statement penutupan Peringatan 19 Tahun Reformasi yang diselenggarakan oleh Pena ’98 di Taman Ismail Marzuki pada Senin (15/5) malam.
Ia menyayangkan perilaku semacam ini muncul kembali di era reformasi. Menurutnya, hal ini telah membuat demokrasi yang selama ini diperjuangkan dengan darah menjadi ternodai karena menyisipkan diskriminasi di dalam demokrasi tersebut.
Padahal jelas, demokrasi tidak bisa dibangun di atas diskriminasi atas nama apapun.
“Kebebasan itu harus dimaknai sebagai kebebasan yang digunakan untuk membangun demokrasi. Dan demokrasi nggak bisa dibangun di atas diskriminasi atas nama apapun, baik suku, agama atau kemampuan ekonomi."
Maka dari itu ia meminta semua masyarakat Indonesia untuk berani melawan. Melawan demokrasi yang dijadikan alat oleh para petinggi Orba yang mulai kembali untuk mendiskriminasi masyarakat Indonesia.
“Harus dilawan! Mau sesulit apapun dan sekuat apapun musuh, kita lawan,” tegas Adian.