"Jadi sesungguhnya akun yang dianggap mengina ulama atau agama bukanlah akun yang dibuat oleh orang yang bersangkutan. Beberapa dari mereka ada yang akunnya dipalsukan. Persekusi ini terindikasi sistematis, diketahui dari cepatnya proses dalam menjangkau luasnya wilayah, misalnya dalam satu hari bisa terjadi pola yang serupa di enam wilayah Indonesia padahal berjauhan," bebernya.
Masih menurut Damar, Persekusi jelas mengancam demokrasi karena sekelompok orang mengambil alih negara untuk menetapkan seorang bersalah dan melakukan penghukuman tanpa proses hukum.
"Kami monitor data terawal Persekusi itu 27 Januari 2017, dan terakhir 31 Mei 2017. Saat ini sudah ada 59 orang jadi target. Statistik Persekusi setiap bulannya selalu naik. Ini betul-betul harus diwaspadai kalau tidak dihentikan bisa lebih luas lagi," tambahnya.
Contoh peristiwa Persekusi yang terjadi baru-baru ini yakni yang dialami oleh dr Fiera Lovita, korban intimidasi ormas FPI dan kelompok lainnya di Solok, Sumatera Barat karena menggunggah pernyataan bernada miring terhadap pimpinan FPI, Rizieq Shihab di akun facebooknya, kini sudah berada di Jakarta.
Setelah sempat bungkam dan tidak memberikan pernyataan ke awak media soal peristiwa Persekusi yang dialaminya, akhirnya di dampingi Koalisi Anti-persekusi, dr Fiera Lovita muncul di YLBHI, Jl Diponegoro, Jakarta Pusat, Kamis (1/6/2017).
Dalam memberikan pernyataan, dr Fiera Lovita didamping oleh Damar Juniarti dari SAFEnet, Asfinawati dari YLBHI, dan Astari Yanuarti dari Mafindo.
Persekusi juga dialami oleh Indrie Sorayya, perempuan pengusaha berusia 31 tahun di Tangerang, Banten yang juga didatangi puluhan anggota FPI pada 21 Mei yang memprotes tulisannya di facebook yang dinilai melecehkan Rizieq Shihab.