TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada sidang isbat yang akan digelar besok, Sabtu (25/6/2017), akan ditentukan kapan hari raya Idul Fitri 2017.
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ma'ruf Amin, berharap sidang tersebut berjalan dengan semangat ramadan sehingga tidak terjadi perbedaan.
"Semoga tidak terjadi perbedaan dalam penetapannya. Apabila terjadi perbedaan di antara warga masyarakat hendaknya disikapi dengan penuh damai, saling menghormati dan menghargai satu dengan lainnya," ujarnya seperti dikutip Tribunnews.com dari siaran pers.
Dalam sidang isbat yang akan digelar di kantor Kementerian Agama, akan dibahas hasil hisab dan rukyat, yang dilakukan oleh pemerintah yang bekerjasama dengan berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam.
Idul Fitri adalah hari pertama di bulan Syawal. Hal itu ditentukan dengan cara mengetahui, apakah bulan ramadhan sudah berakhir, dan bulan syawal sudah sudah menjelang.
Metode hisab dilakukan dengan cara menghitung di atas kertasa, sementara rukyat dilakukan dengan cara pemantauan hilal.
Baca: Seluruh Pegawai Rutan dan Lapas Dilarang Cuti Lebaran
Metode rukyat dilakukan dengan cara melihat hilal, atau bulan sabit yang menandakan datangnya bulan baru sesuai kalender hijriyah. Hilal muncul tidak jauh dari titik matahari tenggelam, tidak lama setelah peristiwa tenggelamnya matahari.
Kepala Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), thomas Djamaluddin, saat dihubungi Tribunnews, menyebut tahun ini posisi hilal adalah di atas 2 derajat dari titik matahari tenggelam.
Dengan demikian diharapkan tidak akan ada banyak perbedaan, ataupun perdebatan, dalam menentukan hari raya Idul Fitri.
Pasalnya kesepaktan semua ormas di Indonesia, hilal adalah di atas 2 derajat.
"Mudah-udahan tidak ada perbedaan, karena sudah jelas," katanya.
Sebelum-sebelumnya perbedaan terjadi karena hilal berada di bawah 2 derajat.
Sehingga sebagaian umat Islam yang percaya bulan baru sudah datang, merayakan Idul Fitri lebih cepat dari sebaian yang menganggap posisi hilal harus di atas 2 derajat.