Khairul Ghazali juga membeberkan betapa mudahnya merekrut pelaku teror di Indonesia.
Kata Ghazali, hanya butuh satu hari untuk menjadikan seseorang sebagai pelaku teror sebagaimana yang terjadi di Polda Sumut beberapa hari lalu.
"Proses brain wash atau pencucian otak itu butuh waktu yang singkat. Hanya butuh satu hari, seseorang itu sudah bersedia mati untuk melakukan aksi teror," kata Ghazali.
Ia mengatakan, target yang paling mudah untuk didoktrin adalah orang-orang yang sedang menghadapi kegalauan hidup.
Kemudian, target berikutnya adalah mahasiswa yang cendrung memiliki pemahaman setengah-setengah terhadap agama.
Hanya Butuh 1 Hari
"Setelah berhasil direkrut, calon pelaku teror ini akan dicuci otaknya selama satu malam (di tempat khusus)."
"Kemudian, dia akan dibai'at. Dan keesokan harinya, pelaku teror ini akan siap melakukan amaliyah atau aksi bom bunuh diri dengan sukarela," katanya.
Untuk lebih memantapkan doktrin teror, sambung Ghazali, setelah semalaman didoktrin, perlu dua hari lagi untuk mendampingi para pelaku teror hingga hari eksekusi.
Selama tiga hari itu, perekrut akan menyampaikan ayat-ayat yang telah dibelokkan menyangkut konsep jihad.
"Setelah berhasil mencuci otak, pelaku teror akan diberikan gambaran menyangkut nikmatnya surga ketika melakukan jihad."
"Dalam konsep doktrin, diajarkan bahwa tiap tetes darah yang mengalir ketika pelaku mati akan membasuh seluruh dosa pelaku selama di dunia," katanya. (Tribun Medan/Array A Argus)
Artikel ini sebelumnya telah ditayangkan di TribunWow.com berjudul: Pengakuan Lengkap Mantan Teroris: Janji 72 Bidadari di Surga Hingga Cuci Otak Pemuda Galau