Laporan wartawan Tribunnews.com, Abdul Qodir
TRIBUNNEWS.COM, JAKATA - Hasil uji DNA menunjukkan jenazah pelaku penusukan dua anggota Brimob di Masjid Falatehan Blok M teridentifikasi sebagai Mulyadi.
Hasil tersebut didapat tim laboratorium forensik DNA RS Polri setelah melakukan pemeriksaan terhadap DNA jenazah diduga Mulyadi dengan DNA kakak kandung perempuan Mulyadi, Nismardhani.
Demikian disampaikan Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Pol Setyo Wasisto di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (4/7/2017).
Baca: Begini Isi HP Mulyadi Pelaku Penusuk Dua Anggota Brimob di Masjid Falatehan
"Jadi hasil pemeriksaan DNA Mulyadi itu identik dengan DNA kakak perempuannya yang di Cikarang, Bekasi," ujar Setyo.
Menurutn Setyo, selanjutnya pihaknya akan menghubungi pihak keluarga guna mengembalikan jenazah Mulyadi.
Nismardhani merupakan kakak kandung Mulyadi.
Mulyadi sebelumnya tinggal bersama kakanya di Jalan Kadasih Blok D/1 nomor 135 RT 02 RW 09, Kelurahan Mekarmukti, Kecamatan Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi.
Dia juga menjadi seorang yang diperiksa kepolisian setelah pria diduga Mulyadi melakukan penusukan dengan sangkur terhadap dua anggota Brimob, di Masjid Falatehan, Jalan Palatehan 10, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (30/6/2017) malam.
Baca: Mulyadi Menginap Di Kamar Indekos Teman Sekolahnya Di Kalibata Sebelum Tusuk Dua Anggota Brimob
Kedua korban adalah, AKP Dede suhatmi (Men 1 Gegana) dan Briptu M Syaiful Bakhtiar (Men 3 Pelopor).
Keduanya mengalami luka dalam pada bagian pipi akibat sabetan dan tusukan sangkur dari Mulyadi.
Penyerangan itu terjadi seusai Mulyadi, beberapa polisi dan warga melaksanakan Salat Isya berjemaah di masjid tersebut.
Baca: Jejak Mulyadi Mulai Dari Cikarang Hingga Tusuk Anggota Brimob di Masjid Falatehan
Mulyadi sendiri tewas ditembak oleh anggota Brimob lainnya karena tetap berusaha melakukan penyerangan setelah diberi tembakan peringatan.
Hasil penyidikan kepolisian, Mulyadi tidak terlibat dalam jaringan atau kelompok teroris di Indonesia.
Diduga Mulyadi hanya simpatisan kelompok ISIS yang terinspirasi melakukan penyerangan ke polisi setelah melihat sejumlah konten radikal kelompok ISIS dari media sosial dan grup messenger.