Setelah melukai korban, pelaku sempat melarikan diri ke arah Blok M Square. Namun berkat kesigapan anggota Brimob yang lain yang tidak jauh dari mesjid, pelaku lalu dikejar.
Pelaku bukannya menyerah malah berbalik mengancam akan menyerang dengan sangkur. Akhirnya dilakukan penembakan dan pelaku tewas di tempat.
Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto mengatakan, meski terpengaruh dengan ajaran ISIS dan menjadi simpatisan, Mulyadi bukan anggota jaringan teroris tertentu.
"Dia sementara masih lone wolf. Karena sudah kita cek dari hubungan baik secara fisik maupun komunikasi, dia tidak ada, belum didapat adanya jaringan," ujar Setyo di kompleks Mabes Polri, Jakarta.
Setyo mengatakan, sejumlah saksi menyatakan pelaku memiliki ketertarikan dengan kelompok ISIS.
Mulyadi menganggap apa yang diajarkan pimpinan ISIS adalah kebenaran, termasuk menyerang anggota polisi yang dianggap bawahan pemerintah yang thogut.
"Setiap ketemu dengan temannya, kakaknya, dia selalu mengatakan ISIS itu baik, khilafah itu baik, dan dia terus menyampaikan itu," kata Setyo.
Mulyadi juga kerap asyik sendiri dengan ponselnya. Polisi menduga ia terpapar pemikiran ISIS karena kerap membuka konten radikal di media sosial. Ia juga bergabung dengan grup radikal di aplikasi Telegram.
"Dia terkontaminasi dengan konten-konten media sosial yang radikal," kata Setyo.
Dari hasil pemeriksaan kakak ipar Mulyadi, Hendriyanto, diketahui pelaku membeli sebuah sangkur melalui toko online sekitar tiga bulan lalu.
Namun, saat itu Hendriyanto tidak mengetahui untuk apa pembelian sangkur tersebut.
"Dia juga pamit pulang kampung. Menemui temannya di Jakarta ternyata melakukan penikaman anggota (Polri) di masjid," kata Setyo. (fahdi/kps)