TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Koordinator Hukum dan Monitoring Peradilan Indonesia Corruption Watch (ICW), Tama Satrya Langkun berharap Presiden Joko Widodo dapat mengambil langkah tegas dalam mendorong pengungkapan kasus teror terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan.
Tama meminta Presiden Joko Widodo membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) untuk menuntaskan kasus teror terhadap Novel Baswedan dan juga KPK.
Menurut aktivis antikorupsi ini, saran pembentukan TGPF ini didasarkan pada dua alasan.
Pertama, diyakini bahwa aktor utamanya sementara ini punya posisi yang kuat bahkan tidak tersentuh. Sehingga perlu langkah luar biasa dan pengawasan langsung dari Presiden.
"Saran kedua, mengingatkan kembali janji Bapak Presiden Joko Widodo untuk memperkuat KPK," kata Tama dalam keterangannya kepada Tribunnews, Senin (31/7/2017).
Tama mendengar informasi bahwa Jokowi memanggil Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian untuk meminta penjelasan tentang perkembangan penyelidikan kasus teror terhadap Novel Baswedan.
Sejak Novel disiram air keras oleh orang yang tidak kenal pada 11 April 2017 lalu dan menjalani perawatan medis di Singapura, hingga saat ini pelaku belum juga ditemukan.
Teror terhadap Novel diyakini karena berkaitan dengan penanganan kasus korupsi yang ia atau KPK tangani.
Tama mengatakan kasus teror yang dialami penyidik KPK Novel Baswedan juga pernah dialaminya 7 tahun lalu.
Pada 8 Juli 2010 lalu, Tama diserang orang tidak dikenal dan berakibat pada 29 jahitan di kepala serta menjalani perawatan selama 5 hari.
Baca: Rumah Mewah yang Disewa Pelaku Kejahatan Siber Ternyata Milik Purnawirawan TNI
Teror terhadap Tama diduga terkait dengan penelusuran ICW atas dugaan korupsi yang terjadi di Indonesia.
Pasca teror itu terjadi, simpati dan kecaman muncul dari Presiden, Kapolri dan Kapolda Metro Jaya.
Presiden saat itu Susilo Bambang Yudhoyono bahkan sempat membesuk Tama di rumah sakit.
"Tapi hingga 7 tahun berlalu, pelaku teror terhadap saya juga belum ditemukan hingga hari ini. Janji penuntasan kasus teror akhirnya hanyalah janji semata. Saya berupaya melupakan hal ini meskipun terasa menyakitkan," kata Tama.
Namun demikian hal ini tidak menyurutkan semangat Tama untuk berjuang memberantas korupsi.