"Pas sore itu, dia tiba-tiba muncul. Nggak permisi, apalagi menyampaikan salam. Tahu-tahu sudah berdiri di dalam pagar, teras depan rumah," ungkapnya.
Sang pembantu kemudian keluar dari dalam rumah untuk menemui pria itu.
"Saya tanya dia, ada apa Pak? Dia bilang, ada baju gamis laki-laki, cowok, nggak? Saya bilang nggak ada. Adanya gamis cewek. Lalu, tiba-tiba melengos pergi nggak pamit lagi," katanya.
Menurutnya, selain berperakan gempal, pria itu juga berkulit hitam kelam.
"Saya tidak memperhatikan bentuk rambutnya karena dia datang dan tanya cuma sebentar," katanya.
Gandeng AFP
Rina Emilda menambahkan, dari rekaman CCTV di rumahnya terlihat pria mencurigakan tersebut terlihat datang seorang diri mengendarai sepeda motor.
Orang itu terlihat mondar-mandir beberapa kali di jalan depan rumahnya.
"Waktu itu saya nggak curiga dan belum sempat bahas dengan Pak Novel soal tamu mencurigakan itu. Waktu itu Bapak juga sedang sibuk mengikuti persidangan kasus e-KTP," ujar Rina.
Setelah terjadi penyerangan, Rina baru teringat kembali kedatangan pria tersebut.
"Baru setelah kejadian saya lihat rekaman CCTV," tambahnya.
Polda Metro Jaya pernah memeriksa AL setelah wajahnya terekam CCTV di rumah Novel. Namun polisi melepas AL karena punya alibi kuat yaitu pada saat terjadi penyerangan terhadap Novel dia sedang bersama sejumlah saudaranya di sebuah tempat.
Pembantu rumah tangga Novel mengaku sudah dua kali diperiksa polisi. Ia dijadwalkan akan menjalani pemeriksaan lanjutan.
Polda Metro Jaya berencana minta bantuan Kepolisian Australia (Australia Federal Police/AFP) untuk mengidentifikasi wajah orang-orang yang terekam di CCTV.
"Jadi begini, kami ada kerja sama antar-kepolisian. Kami akan minta bantuan Kepolisian Australia itu, apakah CCTV yang kabur (gambarnya) itu bisa tidak sih diperjelas," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, di Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu.