“Seakan-akan yang tidak seperti mereka bukan Islam dan harus diperangi. Klaim keagamaan yang sesat ini bisa menjadi ancaman keberagaman NKRI. Mereka merasa belum tuntas beragam jika belum berkonflik dengan yang berbeda,” urai Gus Yaqut.
Sedangkan yang terakhir adalah cobaan diamnya mayoritas akan fenomena percobaan penggeseran kebhinekaan yang sedang terjadi saat ini. Di mana sebenarnya sebagai mayoritas memiliki kekuatan lebih untuk menghadapi kaum minoritas yang ingin merongrong NKRI.
“Sudah saatnya kita melawan. Toh, jumlah kita lebih besar, jangan sampai menunggu mereka besar dan membinasakan kita. Harus kita binasakan dulu kalau memang tidak bisa dibina. Jangan hanya diam dan menyerahkan pada orang lain,” ujarnya.
Hal senada juga diutarakan, Wakil Rais Syuriyah PWNU Jawa Tengah, KH Muhammad Dian Nafi. Ia mengatakan jika Indonesia memang ditakdirkan berbhineka dengan nilai-nilai keberagaman yang dianut oleh masyarakatnya.
“Dan tantangan bagi kita untuk mencari titik temu dari perbedaan yang ada. Meski sebenarnya Pancasila sudah memayungi keberagaman yang ada,” tuturnya.
Sedangkan Direktur Intelkam Polda Jawa Tengah, Kompas Pol Eko Widianto berharap masyarakat tidak diam lagi menghadapi persoalan bangsa khususnya menghadapi kelompok-kelompok radikal yang ingin mengganti Pancasila sebagai dasar negara.
“Selama ini kami yang dijadikan tameng dalam melindungi dan menjaga keutuhan NKRI. Sehingga sering disindir dan dinyinyiri. Namun sebagai bentuk tanggung jawab kami berupaya semaksimal mungkin dengan segala risiko dan cemoohan. Karena itu, kami berterima kasih selama ini Banser dan GP Ansor menjadi bagian masyarakat yang tidak hanya diam dan membantu mempertahankan NKRI,” ungkapnya. (*)