TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ketua Badan Urusan Rumah Tangga Dewan Perwakilan Rakyat (BURT DPR) Anton Sihombing tidak ingin beropini dengan kondisi gedung tempat ruang kerja anggota dewan yang pembangunannya mulai tahun 1992 dan rampung tahun 1997.
Dirinya menjelaskan, harus ada sikap realistis soal rencana pembangunan gedung baru yang menurutnya saat ini tak lagi mampu menampung 560 anggota dewan.
"Jadi kita berpikir secara rasional saja jangan opini-opini kapan Republik dibangun dengan opini-opini," kata Anton kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (14/8/2017).
Politikus Partai Golkar ini menjelaskan, Gedung Nusantara I yang berfungsi sebagai ruang rapat dan ruang kerja para anggota Dewan sudah dinilai tidak laik lagi.
"Bayangkan ukuran 3x5 meter diisi delapan orang (satu anggota DPR, lima staf, dan dua tenaga ahli). Kita rasional saja," katanya.
Untuk itu dirinya berencana mengundang Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono untuk meninjau langsung kondisi gedung yang memiliki 23 lantai itu.
"Makanya kalau ada yang teriak-teriak di luar bila perlu kita undang lihat gedung DPR-nya. Bila perlu menteri keuangan saya undang, menteri PUPR juga diundang untuk melihat gedungnya langsung. Jadi saya rasa ini realitas kebutuhan," kata Anton.
Baca: Kata Fahri Hamzah, DPR Butuh Gedung Baru, yang Sekarang Sudah Sumpek
Sebelumnya diberitakan, Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan, bahwa gedung yang saat ini ada tidak lagi mampu menanpung anggota DPR.
"Ini gedung heritage (warisan) ngga ada lagi penambahuan tempat. Anggota DPR ini (akan) bertambah jadi 575. Dulu anggota DPR saat gedung itu dibangun tahun 1988 cuma 40 orang kurang. 40 orang ngga punya staf. Sekarang ini 575 dengan staf yang banyak. Satu orang bisa tujuh perbandingannya," kata Fahri.
Fahri juga menyebut, kini muncul badan-badan baru di struktur DPR yang sejalan dengan penambahan jumlah pekerja.
Tak cuma itu, wartawan hingga juga menurutnya bertambah banyak, mendesak DPR harus memperluas tempat kerja mereka.
"Wartawan juga, dulu juga wartawannya juga cuma satu, wartawan TVRI sama RRI. Sekarang wartawannya seabrek, masa gw nggpa nambah rumah. Ibarat tamu, kaliannya aja nambah. Masa kami ngga nambah ruangan. Kan sumpek. Nanti kalian juga sumpek," katanya.