TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil melakukan monitoring dugaan ujicoba nuklir Korea Utara pada Minggu, 3 September 2017 pukul 10.30.04 WIB.
BMKG menggunakan sebanyak 166 sensor seismik untuk menganalisis parameter aktivitas seismik yang tak lazim ini.
Hasilnya menunjukkan sebuah pusat ledakan berkekuatan M=6,2 yang terletak pada koordinat 41,29 LU dan 128,94 dengan kedalaman 1 km tepatnya di wilayah Negara Korea Utara.
Baca: Bicarakan Rohingya, Cak Imim Kunjungi Wihara di Jakarta Barat
"Sebagai negara anggota perjanjian non-proliferasi nuklir dan telah menandatangani ratifikasi pelarangan uji coba nuklir bawah tanah, Indonesia berkewajiban ikut melakukan pemantauan uji coba nuklir melalui sistem monitor seismik yang dioperasikan BMKG," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG ,Daryono dalam keterangan tertulis, Minggu (3/9/2017).
Daryono menuturkan mulai 2002 di Indonesia dipasang 6 stasiun seismik CTBTO (Comprehensive Nuclear Test Ban Treaty Organization).
Ke-enam stasiun seismik ini dipasang di Kappang (Sulawesi Selatan), Parapat, Lembang, Kupang, Sorong dan Jayapura.
Baca: Kantor Kedutaan Besar Myanmar di Jakarta Dilempar Bom Molotov, Api Sempat Menyala
Hal itu sebagai salah satu implementasi negara anggota perjanjian non proliferasi nuklir.
Daryono menuturkan sistem peralatan ini dikelola oleh BMKG untuk mendukung pengawasan uji coba nuklir dari wilayah Indonesia.
"Dalam melakukan analisis BMKG tidak terbatas hanya menggunakan ke-6 stasiun seismik CTBTO tersebut, tetapi juga menggunakan stasiun lain yang jumlahnya lebih banyak agar diperoleh hasil parameter yang akurat," kata Daryono.