News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemuda Katolik Puji Pemuda Muhammadiyah Awali Gotong Royong Bersihkan Rumah Ibadah

Penulis: Y Gustaman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Para tokoh ormas pemuda berfoto bersama dalam program Clean Pray &Love; (CPL) yakni Pemuda Muhammadiyah, Pemuda Katolik (PK), Persatuan Pemuda Gereja Indonesia (PPGI), Generasi Muda Budha Indonesia (Gema Budhi), Dewan Kemakmuran Mesjid (DKM), Ketua RT/RW, pengurus masjid Jam'iyyatul Iman, Tebet, Jakarta, Minggu (17/9/2017). ISTIMEWA

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ormas Pemuda Katolik memuji Pemuda Muhammadiyah yang mengorganisir gotong royong dengan mengajak organisasi pemuda lainnya membersihkan masjid.

Gotong royong merupakan budaya asli Indonesia yang tak boleh hilang mengingat kerja bersama lintas agama akan menghilangkan sekat-sekat solidaritas yang selama ini mengganggu persatuan Indonesia.

Pujian tersebut disampaikan Ketua Kepemudaan dan Olahraga Pemuda Katolik, Aloysius F Edomeko, Minggu (17/9/2017), menanggapi kerja gotong royong antarormas pemuda lintas agama membersihkan Masjid Jami’iyyatul Iman, Menteng, Tebet, Jakarta Selatan, yang dikoordinir PP Muhammadiyah.

Pada Maret 2017, PP Pemuda Muhammadiyah juga melakukan kegiatan yang serupa antarormas Pemuda lintas agama dengan membersihkan Kapel SMA Kanisius, Menteng, Jakarta.

Hadir dalam gotong royong bertema “Clean Pray & Love”, itu antara lain, Menteri ESDM Ignasius Jonan, Ketua PP Muhammadiyah Dahnil Anzhar Simanjuntak, Wakil Ketua Lembaga Pendampingan Kaderisasi Pemuda Katolik Niko Hary Gunawan, Ketum PPGI Maruli Tua Silaban, Ketum PP Gema Budhi Bambang Patijaya, Komunitas Vespa ScootJak, Ketua Dewan Kemakmuran Masjid H. Rahmat dan juga pengurus RT-RW Kampung Pulo, Tebet, Jakarta.

“Kami sungguh menaruh hormat kepada Pemuda Muhammadiyah yang memotori kegiatan hari ini dengan membersihkan masjid. Kapel Kanisius Menteng mendapat giliran pertama untuk dibersihkan," ujar Aloysius Edomeko dalam keterangannya kepada Tribunnews.com.

"Tanpa gerakan bersih-bersih rumah ibadah antarormas pemuda lintas agama sepert ini, gotong royong hanya sebagai nilai luhur yang adanya di awang-awang dan tidak membumi,” ia menambahkan.

Kerja gotong royong ini mengingatkan kaum pemuda akan toleransi yang sudah mentradisi bagi bangsa Indonesia. Tanpa toleransi, gerakan gotong royong tidak mungkin akan terlaksana.

Secara politis, kegiatan bersih-bersih rumah ibadah menghapus secara perlahan jarak yang telah terbangun oleh perbedaan agama dan secara tidak sadar menolak kebhinekaan.

“Kami sungguh melihat juga apa yang diteladani Pak Jonan yang terlibat dalam gerakan ini dengan membersihkan WC masjid. Yang jelas kegiatan semacam ini memberikan contoh bagi kita semua pentingnya kerja gotong royong yang akan menghilangkan sekat-sekat perbedaan dan eksklusivisme,” tegas Edomeko.

Sementara Nico Hary Gunawan menambahkan disadari atau tidak, masih banyak nilai-nilai gotong royong yang belum dipahami.

Apa yang dilakukan bersama oleh Pemuda Muhamadiyah, Pemuda Katolik, Kristen, Pemuda Budhis, Hindu dll dengan bersih-bersih rumah ibadah hanyalah awal dari serangkaian kegiatan gotong royong berbasiskan pada kebhinnekaan, kemajemukan dan keberagaman.

Kerja sama seperti ini sesering mungkin akan menghindarkan kita dari kesalahpahaman. Namun, jika para pemuda lintas agama tidak pernah bertemu dan melakukan karya nyata, masing-masing akan mudah dipengaruhi oleh pihak lain.

Nico Hary Gunawan berharap kegiatan serupa dilakukan para tokoh nasional dan elit politik.

Terpisah, Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Pengurus Pusat Pemuda Katolik Michelle Wondal mengingatkan kembali pemuda adalah agen perubahan dan itu terjadi di mana saja dalam suatu masa.

Secara politis, kegiatan “Clean Pray & Love” ormas-ormas pemuda yang dipelopori oleh Pemuda Muhammadiyah, diyakini akan menggerakkan pemuda seluruh Indonesia untuk melakukan hal yang sama tanpa memandang agama dan bahkan suku atau ras.

“Selama ini kita hanya melihat kebhinnekaan dari sudut agama. Padahal kebhinnekaan itu mencakup berbagai aspek kehidupan termasuk bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berangkat dari kehidupan antar suku, antar RT, antar RW, antar kelurahan bahkan antar daerah," ujar Michelle Wondal.

Menurut dia, justru konflik horisontal seringkali berawal dari RT, RW, leluruhan atau suku yang kemudian dipolitisir menjadi konflik agama. Sehingga penting mengawal kebhinnekaan dari tingkat bawah.

"Jika sudah sampai mempolitisir konflik horisontal menjadi konflik agama, seakan-akan itulah akar permasalahannya,” Michelle Wondal menambahkan.

Michelle mengingatkan dan berharap, jangan sampai pemuda mau menjadi kambing hitam yang rela menjadi aduan untuk kepentingan kelompok tertentu dalam situasi politik saat ini.

Dikatakan dia, kemerdekaan Indonesia tidak bisa dilepaskan dari sumpah para pemuda pada waktu itu dan sudah seharusnya, ormas pemuda memegang teguh sumpah itu.

Selain membersihkan mesjid, Ignasius Jonan juga menanam alpukat di pelataran samping masjid Jami’iyyatul Iman. Ia juga akan membantu pemasangan AC sesuai permintaan pengurus masjid.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini