News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Film G30S

Try Sutrisno Bangga dengan Sikap Panglima TNI Perintahkan Tentara Nonton Film G30S/PKI

Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo saat Nonton Bareng film I Leave My Heart In Lebanon di XXI Epicentrum, Jakarta Selatan, Kamis (15/12/2016). Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo bersama Mantan Wakil Presiden RI Tri Sutrisno terlihat diantara para prajurit TNI yang tengah menonton film I Leave My Heart In Lebanon. Tribunnews/Jeprima

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Panglima TNI sekaligus mantan Wakil Presiden RI, Try Sutrisno, mengaku setuju dan senang atas kebijakan Panglima TNIĀ  Jenderal Gatot Nurmantyo yang mewajibkan jajaran TNI menyaksikan film "Pengkhianatan G30S/PKI."

"Saya bangga, kemarin saudara Gatot (menginstruksikan) film G30S/PKI akan diputar lagi, bangga saya," ujar Try Sutrisno, dalam sambutannya di acara silaturahmi Panglima TNI dan purnawirawan TNI, di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat (22/9/2017).

Purnawirawan Jenderal bintang empat yang pernah jadi ajudan Presiden RI ke-2, Suharto itu menganggap film yang dirilis tahun 1984 tersebut, akurat menceritakan sepak terjang Partai Komunis Indonesia (PKI) 52 tahun lalu.

Baca: Soal Nonton Film G30S/PKI, Panglima TNI: Kamu Kawin Juga Bisa Dipolitisasi, Biarkan Saja

Bahkan adegan di film tersebut yang menceritakan organisasi perempuan "underbow" PKI bernama Gerwani melakukan penyiksaan para jenderal, juga akurat.

"PKI sebagai pengkhianat itu tidak dibuat-buat, nyatanya (para jenderal) disiksa Gerwani, jelas," ujar Try Sutrisno.

Ia setuju dengan alasan Panglima TNI mengeluarkan kebijakan tersebut, yakni agar semua pihak, terutama para prajurit TNI yang tumbuh setelah film tersebut tidak lagi menjadi tontonan wajib di Indonesia, bisa mempelajari apa yang terjadi seputar peristiwa 1965, dan komunisme.

Komunis sebagai ideologi menurut Try Sutrisno adalah ancaman nyata.

Serangan ideologi sudah terbukti di berbagai negara, dan berujung pada kehancuran negara tersebut. Indonesia menurutnya juga berpotensi mendapat serangan yang serupa.

"Saya ramalkan, jatuhnya Indonesia akan dipakai "proxy" (red: perantara), akan dihancurkan lewat ideologi politik, ekonomi, budaya, yang sekarang sudah terjadi, kalau tidak sadar, hancur kita," katanya

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini