TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan bahwa keberhasilan dalam penanganan kasus korupsi bukan hanya terpatok pada penindakannya saja seperti operasi tangkap tangan (OTT).
"Kesuksesan itu dihitung bukan dari jumlah OTT, jumlah penangkapan, tidak," ungkap Tito di PTIK, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (26/10/2017).
Bahkan Tito mengungkapkan jika penanganan korupsi ditangani secara penuh oleh Polri, OTT malah lebih sering akan dilakukan.
Menurut Tito hal tersebut karena banyaknya praktik korupsi yang terjadi di negara ini.
"Kalau saya mau mengaktifkan penanganan korupsi ini, ini mungkin OTT-nya, penangkapan bisa kita laksanakan tiap 2-3 hari sekali," ungkap Tito.
Dirinya mencontohkan kesuksesan Satgas Pangan yang dalam dua bulan mampu mengungkap 322 perkara.
Serta Satgas Saber Pungli yang mampu mengungkap 1100 perkara dalam setahun.
Namun Tito menilai Indonesia sebaiknya meniru langkah negara lain seperti Georgia dan Ukraina yang berhasil menangani korupsi.
Tito mengungkapkan bahwa dua negara tersebut tidak mengedepankan prinsip penindakan.
Melainkan memperbaiki sistem yang ada khususnya dalam hal pencegahan tindak pidana korupsi.
"Yang perlu pendapat saya adalah bagaimana memperbaiki sistem. Kalau tangkap-tangkap saja, sistemnya tidak diperbaiki. Maka jadi pegawai negeri, jadi bupati, siap-siap saja nanti ketangkap, karena pasti ada salahnya. Karena sistemnya enggak diperbaiki. Saya sekali lagi berpendapat penindakan memang harus tapi bukan yang utama. Yang utama adalah pencegahan," kata Tito.
Selama ini, ujar Tito, aparat penegak hukum masih mengedepankan penindakan daripada pencegahan.
"Keep them out of jail. Biarkan mereka diluar penjara. Maksudnya apa, cegah mereka jangan sampai masuk penjara karena berbuat kejahatan. Jangan dibalik jadi put them into the jail," kata mantan Kapolda Metro Jaya itu.
Menurut Tito penangkapan tersebut membuat birokrasi banyak yang ketakutan dalam bekerja.