Dari sektor transportasi darat, kapal Ro-Ro diharapkan dapat menjadi angkutan logistik antar kota. Apabila perusahaan angkutan memanfaatkan kapal Ro-Ro untuk mengirimkan muatannya, maka dapat mengurangi beban jalan dan kemacetan.
Truk yang kelebihan muatan cukup membahayakan karena dapat merusak jalan sehingga menyebabkan kecelakaan.
“Angkutan logistik antar kota yaitu kapal Ro-Ro. Kita juga ingin Ro-Ro ini berfungsi lebih baik sehingga (pelabuhan) Panjang, Jakarta, Semarang, Surabaya, Lembar, Bali itu menjadi satu koneksi,” kata Menhub.
Menhub berharap kapal Ro-Ro dapat berjalan dengan efektif sehingga fungsi-fungsi Hub Pelabuhan Tanjung Priok secara khusus akan meningkat. Peningkatan fungsi Hub ini akan membuat kapal-kapal besar yang bersandar bertambah banyak. Seiring hal tersebut efisiensi kerja di pelabuhan pun perlu ditingkatkan.
Pada 23 April 2017, Pelabuhan Tanjung Priok kedatangan kapal peti kemas berukuran besar Compagnie Maritime d’Affretement - Compagnie Generali Maritime (CMA CGM) Otello di dermaga Jakarta International Container Terminal (JICT).
CMA CGM Otello milik perusahaan pelayaran Perancis ini mempunyai kapasitas 8.500 Teus dan panjang 334 M.
Ini merupakan momen penting karena menandakan dimulainya pelayanan terjadwal kapal-kapal CMA CGM dari dan ke Terminal JICT, Tanjung Priok. Pelayanan ini akan melayari rute ke Pelabuhan Los Angeles, Amerika Serikat secara regular setiap minggu dengan window Minggu-Senin dan dilayani dengan window time maksimal 24 jam.
“(Tanjung) Priok sudah dilirik oleh para pemilik kapal besar bukan saja ke Amerika, tapi juga ke Eropa. Kita harus dorong dengan efisiensi yang lebih baik dan mereka diajak untuk berinvestasi di tahap berikutnya,” jelas Menhub.
Pembangunan infrastruktur transportasi dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan perekonomian nasional.
Menhub mengungkapkan Indonesia dapat bersaing secara internasional dengan memberikan pelayanan yang baik, birokrasi yang mudah, murah, aman dan cepat sehingga akan ada banyak investor yang berinvestasi.