TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Siklon Cempaka yang menyebabkan anomali cuaca kekuatannya mulai berkurang.
Siklon Tropis Cempaka telah muncul di perairan selatan Jawa Tengah, sekitar 100 kilometer sebelah selatan tenggara Cilacap pada titik 8,6 Lintang Selatan dan 110,8 Bujur Timur.
Fenomena alam ini menyebabkan hujan lebat dan potensi longsor.
Namun, usai siklon cempaka kini Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menemukan adanya siklon badai baru yang diprediksi akan muncul di barat Sumatera.
Posisi persisnya berada sekitar 535 kilometer sebelah barat daya Bengkulu atau 8,5 Lintang Selatan dan 110,0 Bujur Timur.
Dampak dari bibit siklon tropis ini adalah hujan sedang hingga lebat di sejumlah titik, yakni di pesisir barat Bengkulu hingga Lampung.
Kemudian, wilayah Sumatera Barat hingga Lampung, Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat bagian selatan akan terkena angin kencang lebih dari 20 knot.
Selain itu, gelombang laut juga akan naik dengan ketinggian 2,5 hingga 4 meter di perairan Kepulauan Nias, dan di Samudera Hindia barat Aceh hingga Kepulauan Mentawai; dan 4-6 meter di perairan Enggano, perairan barat Lampung, Samudera Hindia sebelah barat Enggano hingga Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Banten, Samudera Hindia sebelah selatan Banten.
Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Mulyono Rahadi Prabowo saat dihubungi mengatakan bahwa bibit siklon baru itu diprediksi akan semakin menguat, dan berubah menjadi siklon pada Rabu malam.
Baca: Mugiyanto Sempat Mengimami Salat di Masjid Sebelum Tubuhnya Hanyut Terbawa Arus Banjir
"Jadi siklon (yang terbentuk) nanti malam, prediksinya kita besok (kecepatannya) sampai tujuh puluh lima (kilometer per jam), hari berikutnya delapan puluh lima (kilometer per jam)," ujarnya.
Mulyono menyampaikan, pembentukan siklon tropis itu sangat cepat. Contohnya seperti pembentukan siklon tropis Cempaka.
Pertama kali bibit siklon itu diketahui berada sekitar 9,6 Lintang Selatan, 109,4 Bujur Timur atau sekitar 240 km sebelah selatan barat daya Cilacap pada Minggu (26/11/2017).
Bibit ini kemudian berubah menjadi siklon tropis Cempaka pada Senin (27/11/2017) pukul 19.00 WIB.
Dampak dari siklon ini berupa hujan dengan intensitas sedang, lebat bahkan sangat lebat disertai kilat dan petir serta angin kencang di sejumlah wilayah di Pulau Jawa dan Sumatera.
Hal inilah yang mengakibatkan banjir di sejumlah wilayah di Yogyakarta dan Pacitan Jawa Timur.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Willem Rampangilei mengatakan munculnya siklon baru tersebut harus segera diantisipasi.
"Kemungkinan lahir satu siklon baru lagi yang harus diantisipasi," ujarnya.
Berapa besar kekuatan siklon baru itu, hal itu belum bisa diprediksi karena masih berbentuk bibit.
Namun bisa dipastikan jika siklon baru itu terbentuk, maka yang akan disasar adalah Jawa Tengah bagian Selatan.
Willem mengatakan informasi ini sekaligus menjadi "early warning system" bagi pemerintah maupun masyarakat, sehingga antisipasi terjadinya bencana banjir atau longsor dapat dilakukan lebih awal untuk menghindari korban.
"Sampai kapan, kita lihat ini terjadinya agak ditengah laut, dan kondisi laut setempat ini cenderung lebih hangat, sehingga ini kemungkinan ini bertahan lebih lama dari cempaka," katanya.
Baca: Wiranto Berencana Lobi Tokoh Alumni 212
Mensos Begadang
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengaku begadang untuk memastikan bantuan yang diberikan pemerintah dapat tersalurkan secara baik ke korban bencana alam.
"Saya tidur tadi jam 05.00 WIB saya mengkoordinasikan semua titik, karena tadi jam 02.00 WIB ada tambahan titik (pengungsian)," tutur Khofifah di Kantor Kementerian PMK, Jakarta kemarin.
Menurut Khofifah, koordinasi yang dilakukan secara langsung untuk memastikan kebutuhan para pengungsi korban bencana alam di lapangan dapat terpenuhi secara baik, tanpa ada kekurangan.
"Saya akan tetap maksimalkan seluruh energi yang saya punya," ujar Khofifah.
Khofifah Indar Parawansa memastikan cadangan beras pemerintah cukup untuk memenuhi kebutuhan logistik para pengungsi yang tengah dilanda bencana.
Khofifah juga siap lembur agar penyaluran logistik para pengungsi terpenuhi.
"Cadangan beras pemerintah dari kuota Kemensos saat ini secara nasional pemerintah punya cadangan 278 ribu ton. Jadi untuk bisa memenuhi kebutuhan seluruh warga terdampak dari korban banjir longsor, termasuk di dalamnya Gunung Agung. Insya Allah pada posisi yang tercukupi," ujar dia.
Ditambahkannya salah satu kendala dalam penyebaran logistik dikarenakan posisi pos pengungsian yang berubah-ubah.
"Hanya titik pengungsi kan kadang mengalami pergerakan. Jadi kadang koordinasi dengan posko masing-masing kabupaten kota jadi penting, pagi ini berapa, nanti sore bisa berubah," sambung Khofifah.
19 Tewas
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan dampak siklon tropis Cempaka telah menyebabkan bencana banjir, longsor dan puting beliung yang di wilayah Jawa.
Daerah di DI Yogyakarta, Wonogiri, Pacitan dan Ponorogo adalah daerah yang paling terdampak karena berjarak paling dekat dengan siklon tropis Cempaka.
Pada Selasa (28/11/2017) siklon tropis Cempaka hanya berjarak 32 km sebelah selatan-tenggara Pacitan, Jawa Timur.
Menurut Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, dampak bencana banjir dan longsor menyebabkan 19 orang meninggal dunia.
Mereka yang meninggal dunia berasal dari 11 orang di Pacitan, 3 orang di Kota Yogyakarta, 1 orang di Bantul, 1 orang di Gunung Kidul, 2 orang di Wonogiri dan 1 orang di Wonosobo.
"Dari 19 orang meninggal dunia tersebut 4 orang adalah korban banjir dan 15 orang korban longsor," jelas Sutopo.
Ribuan rumah, ribuan hektar lahan pertanian, dan fasilitas publik terendam banjir. Aktivitas masyarakat lumpuh total di Wonogiri, sebagian daerah di Yogyakarta dan Pacitan.
Baca: Sejumlah Anggaran SKPD Pemerintah Kota Surabaya Dipangkas
Jalan lintas selatan yang menghubungkan Wonogiri hingga Ponorogo juga lumpuh karena tertutup longsor.
"Kerugian dan kerusakan ekonomi diperkirakan trilyunan rupiah. Pendataan dampak bencana masih dilakukan BPBD," ujarnya.
Pencarian dan penyelamatan korban longsor di Pacitan masih dilakukan. Dia informasikan juga bahwa beberapa daerah di Pacitan masih terendam banjir dan terisolir karena jalan tertutup longsor.
Bupati Pacitan telah menetapkan tanggap darurat banjir dan longsor. Kebutuhan mendesak adalah perahu karet, alat berat, makanan siap saji, selimut, peralatan kebersihan lingkungan dan sebagainya.
Adapun daerah yang terendam banjir meliputi 13 desa di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Pacitan (Desa Sirnoboyo, Desa Sukoharjo, Desa Kayen, desa kembang, Desa Ploso, Desa Arjowinangun, Desa Sidoharjo), Kecamatan Kebon Agung (Desa Purworejo, Desa Banjarjo, Desa Kebon Agung), dan Kecamatan Arjosari (Desa Pagutan, Desa Jatimalang, Desa Arjosari).
Jalan lintas selatan lumpuh total. Di Wonogiri banjir meluas di 18 kecamatan. Terdapat 68 lokasi bencana banjir dan longsor.
Dua korban longsor telah ditemukan dalam meninggal yaiti Sri Wati (40) dan Suyati (60) warga Bengle RT 2 RW 5 Desa Dlepih Kecamatan Tirtomoyo Kabupaten Wonogiri. Banjir masih menggenangi beberapa wilayah.
Sementara itu bencana di DI Yogyakarta. Banjir terdapat di 84 titik, sedangkan longsor di 93 titik dan puting beliung di 116 titik.
Korban telah berhasil ditemukan. Longsor menimbun rumah di Jl Jlagran RT 01 RW 01 Pringgokusuman, Gedongtengen Kota Yogyakarta menyebabkan 3 orang meninggal yaitu Barjono, Dani (4) dan Aurora Tanti (3 bulan).
Begitu juga korban longsor di Bantul dan banjir di Gunung Kidul. Penanganan darurat terus dilakukan BPBD bersama TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, NGO, relawan dan masyarakat masih melakukan penanganan darurat.
BNPB terus hadir mendampingi BPBD. Diperkirakan siklon tropis Cempaka akan bergerak menjauhi wilayah Indonesia pada Kamis (30/11/2017).
Namun masih memberikan dampak hujan deras dan gelombang tinggi di wilayah Jawa dan Bali.
"Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi ancaman banjir, longsor dan puting beliung," kata Sutopo. (sen/rek/wly)