TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Calon Gubernur (cagub) yang merakyat lebih dipilih oleh masyarakat Jawa Barat ketimbang cagub yang religius.
Hal itu diketahui melalui survei yang dilakukan Poltracking terhadap 1.200 responden melalui metode 'stratified random sampling' di 27 kabupaten - kota di Jawa Barat, pada 10 - 15 November lalu.
Dalam survei tersebut, kriteria merakyat dipilih oleh 17,0 persen responden.
Kriteria kedua terbanyak yang dipilih adalah alim dengan 13,0 persen.
Kriteria berpengalaman berada pada posisi ketiga dengan 12,3 persen, kriteria kreatif atau inovatif berada di urutan ke empat dengan 10,3 persen.
Cagub yang berwibawa dipilih oleh 9,0 persen responden.
Baca: Simulasi Pembebasan Gubernur Jabar dari Teroris
Kriteria cagub yang berprestasi berada pada posisi keenam dengan 8,6 persen, diikuti kriteria cagub yang berintegritas dengan 5,7 persen.
Pada posisi ke delapan terdapat kriteria cagub yang pintar dengan 4,6 persen, kriteria fisik yang menarik di posisi sembilan dengan 2,2 persen, kriteria tegas di urutan ke sepuluh dengan 1,4 persen.
Sementara terkait pengaruh latar belakang, faktor agama mendapat porsi yang paling besar yang dipilih oleh 67,0 persen responden. 20,8 persen mengaku tidak akan terpengaruh oleh faktor tersebut, dan 12,2 persen tidak menjawab.
Faktor kedua terbanyak dipilih adalah rekam jejak, mendapat porsi 66,9 persen, dengan 16,0 persen mengaku tidak terpengaruh serta 17,1 persen tidak menjawab
Faktor gender dipilih oleh 48,9 persen responden, dengan 36,3 persen responden mengaku tidak terpengaruh serta 17,2 responden tidak menjawab.
Faktor keempat adalah usia, yang dipilih 46,5 respoonden, dengan 36,3 responden mengaku tidak terpengaruh serta 17,2 persen responden mengaku tidak terpengaruh.
Faktor berikutnya adalah suku, yang dipilih 39,0 persen responden, dengan 43 persen mengaku tidak terpengaruh dan 17,1 persen tidak menjawab.
Wakil Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar, TB Ace Hasan Syadzily, di acara pemaparan hasil survei Poltracking, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta Pusat, Selasa (5/12/2017), menyebut pihaknya sangat berharap dalam Pilkada Jabar faktor-faktor yang tidak relevan ke depannya dalam tidak akan lagi mempengaruhi pesta demokrasi.
Ia akui cagub yang diusung Partai Golkar, Ridwan Kamil, sudah menerima serangan-serangan yang tidak relevan, termasuk terkait isu SARA, terutama pada awal-awal pendeklarasian Wali Kota Bandung itu sebagai cagub.
Ia berharap ke depannya isu yang dibahas adalah isu-isu yang relevan, seperti visi-misi, program serta prestasi.
"Kita harapkan betul betul nanti menunjukan kontestasi program, bukan kontestassi berdasarkan atas landasan isu-isu yang tidak relevan, misalnya isu SARA," katanya.