News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Komisi IX Minta Penanganan Difteri Dievaluasi

Penulis: Taufik Ismail
Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Difteri Banyak Menyerang Anak

Laporan Wartawan Tribunnews, Taufik Ismail

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi (IX) Bidang Kesehatan DPR RI Ahmad Zainuddin ‎prihatin dengan terus bertambahnya jumlah warga terserang penyakit difteri.

Ditambah lagi semakin meluasnya Wilayah dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB) difteri yang mencapai 28 provinsi.

‎Ia mengatakan penanganan wabah difteri harus dievaluasi. Sebab menurutnya, wabah difteri yang sudah berlangsung lebih dari sebulan ini terus meluas dan korbannya terus bertambah.

Baca: Refleksi Natal 2017 Uskup Agung Jakarta: Persatuan Bangsa Terancam Persaingan Politik Tak Sehat

"Kita semua prihatin, wabah ini belum juga berkurang. Karenanya penanganan difteri harus terus dievaluasi agar semakin baik dan efektif," ujar Zainuddin dalam pernyataan tertulis yang diterima Tribunnews, Senin, (25/12/2017).

Politisi PKS ini menegaskan upaya pemberantasan wabah difteri selama ini belum efektif karena terkesan hanya dilakukan Kementerian Kesehatan.

Padahal semua pemangku kepentingan harusnya terlibat aktif. Lembaga negara baik kementerian maupun non-kementerian dan institusi swasta hingga tokoh-tokoh masyarakat, harus secara terintegrasi ikut serta dalam pemberantasan difteri.

Dia mencontohkan, pemberian vaksi anti-difteri adalah domain dari Kementerian Kesehatan. Namun upaya sosialisasi, mobilisasi masyarakat dan pencegahan dapat dilakukan pihak lain.

"Saya melihat presiden belum terlalu concern soal ini. Padahal Indonesia sekarang terbanyak kedua penderita difteri di dunia setelah India, dan terbesar dalam sejarah kita sejak tahun 1945," katanya.

Selain itu, menurut Zainuddin, pemerintah juga harus mengevaluasi terkait maraknya sikap anti-imunisasi di masyarakat.

Karena jika sikap ini terus meluas, bukan tidak mungkin seluruh provinsi akhirnya berstatus KLB dan bisa muncul wabah lainnya. Salah satu pemicu anti-imunisasi di masyarakat menurutnya, munculnya persepsi ketidakhalalan vaksin.

"Ini faktor yang juga harus diperhatikan, sertifikasi setiap vaksin. Pemerintah harus mengakomodasi suara masyarakat agar sikap anti-imunisasi tidak terus meluas. Bukankah pemerintah menilai wabah terjadi karena maraknya anti-vaksin?" pungkas Zainuddin.

Jumlah kasus difteri meningkat hingga 600 kasus dan 40 di antaranya meninggal dunia. Wilayah yang ditetapkan status KLB difteri juga bertambah menjadi 28 provinsi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini