Meski tak pernah lulus pen didikan formal, ia putus sekolah, terhenti di kelas dua Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, setingkat SMP.
Aktivitas perniagaan mengantarkan kedua tokoh untuk saling mengenal.
As'ad, begitu akrab disapa, adalah pedagang imitasi di pasar Bringharjo, kawasan Malioboro, Yogyakarta. Jiwa berwiraswasta itu ia warisi dari kedua orang tuanya. Dari sinilah As'ad lantas mengenal Metode Qiroati, satu dari sekian metode baca Alquran yang sudah eksis lebih dulu.
Kegigihan dan keuletan As'ad mendorong gagasan-gagasan yang inovatif.
Putra dari H Humam Siradj tersebut menyusun sendiri pola-pola dan teknik belajar membaca Alquran.
Sempat mendapat penolakan dari sang guru, akhirnya ia merangkul para sahabatnya yang tegabung di Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team Tadarus "AMM") Yogyakarta untuk menyusun sendiri dengan pengembangan penggunaan metode Iqro'.
Syahdan, ide tersebut teralisasikan dengan baik.
Metode ini pun mendapat respons positif dari Muslim Tanah Air, bahkan dampaknya dirasakan nyata secara luas di dunia internasional, terutama kawasan Asia Tenggara.
Metode ini dinilai memiliki banyak kelebihan, seperti kemudahan dan akurasi.