Baca: Kesaksian Sandra di Detik-detik Robohnya Lantai Balkon Tower 2 Gedung BEI
Alvita mengaku sudah diperbolehkan untuk pulang, tetapi, dia tetap bertahan untuk menunggu teman-temannya yang masih terbaring lemah di rumah sakit.
Dia dan teman-teman lainnya pun menunggu kepastian kelanjutan study tour yang rencananya berjalan 12 hari dengan rute Palembang-Jakarta-Bali-Lombok- Yogyakarta-Lampung dan kembali ke Palembang.
Kaji Penyebab
Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto menjelaskan pihaknya masih akan terus mengkaji berbagai hal kemungkinan yang menjadi penyebab runtuhnya bangunan tersebut.
Kepolisian juga akan bekerja sama dengan pengelola gedung dan beberapa pihak lain untuk mencari tahu penyebab insiden yang mengakibatkan 77 orang tersebut.
"Kami masih akan mendalami hal ini dulu," jelasnya singkat.
Namun begitu, beberapa fakta sudah dapat diungkapkan dirinya. Pertama, Setyo memastikan bahwa runtuhnya bangunan bukan merupakan serangan bom dan tidak juga ditemukan adanya bahan peledak di lokasi reruntuhan.
"Kami pastikan tidak ada serangan bom," tegasnya.
Bukan hanya itu, dia juga menyatakan bahwa selama 20 tahun tidak ada renovasi gedung BEI, yakni semenjak 1998. Meski pihak pengelola gedung mengaku telah memenuhi persyaratan dalam kelaikan gedung setiap tahunnya.
"Tim forensik Polri sudah berada di lokasi. Kami belum bisa pastikan karena terlalu sumir," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Cushman Wakefield Indonesia yang bertanggung jawab mengelola gedung, Farida Riyadi mengatakan setiap tahunnya Gedung BEI memenuhi persyaratan dan dilakukan pemeriksaan untuk izin sertifikat laik fungsi (SLF). Terakhir kali, gedung yang selesai dibangun pada 1998 itu diperiksa pada Mei 2017.
"Kita tidak ada yang menyalahi aturan. Tidak mungkin untuk kelas ini kita salahi aturan," kata dia.
Kendati demikian, dia menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pihak kepolisian dan konsultan struktur gedung untuk mengambil kesimpulan runtuhnya selasar lantai 1 tower II Gedung BEI Jakarta.