News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Kata Kapolri, Ustaz Zulkifli Tersangka Terkait Isi Ceramah yang Sebut 200 Juta KTP Dibuat di China

Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Hasanudin Aco
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Gubenur Kalimantan Utara Irianto Lambrie keluar dari kantor gubernur Kalimantan Utara, Jumat (16/12/2017).

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kapolri Jenderal Tito Karnavian bicara soal kasus dugaan ujaran kebencian dan diskriminasi SARA yang menetapkan Zulkifli Muhammad Ali sebagai tersangka.

Tito mengatakan, penetapan tersangka Zulkifli bukan kriminalisasi terhadap ulama.

Menurut Tito, terdapat ujaran Zulkifli yang patut diklarifikasi dan dipertanyakan kebenarannya.

Terkait video ceramahnya yang diduga berkonten Suku Agama Ras dan Antargolongan, memprovokasi, serta menyebar ujaran kebencian.

Dalam video itu, Zulkifli menyebut Indonesia akan diserang oleh Cina dan kaum komunis.

Dia mengatakan, Indonesia akan mengalami kekacauan akibat perang yang disebabkan revolusi Cina dan kaum komunis tersebut.

Baca: Usai Diperiksa Polisi, Ustaz Zulkifli Muhammad Diizinkan Kembali Berdakwah

Zulkifli juga menyebut saat ini mereka tengah membuat jutaan kartu tanda penduduk Indonesia palsu di Paris dan Tiongkok.

"Yang di dalamnya ada konten, yang patut dipertanyakan. Contoh, katanya 200 juta KTP dibuat di Paris, 200 juta sudah dibuat di Tiongkok," ujar Tito di Mapolda Metro Jaya, Semanggi, Jakarta Selatan, Jumat (19/1/2018).

Tito menerangkan, data yang dipaparkan oleh Zulkifli harus diklarifikasi.

Sebab, jika data itu, tidak benar, dapat menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

"Datanya benar tidak. Karena data ini, sangat-sangat berbahaya dan bisa memprovokasi publik, bagi masyarakat yang tidak paham," ujar Tito.

Sejauh ini, ucap Tito, pihak intelijen dari kepolisian tidak mendapatkan fakta mengenai pembuatan KTP di Perancis dan Tiongkok.

"Bayangkan, apa mungkin 200 juta KTP dibuat di Perancis. Kami dari kepolisian belum dengar itu. Maka kita ingin mengklarifikasi, apakah data dari yang bersangkutan valid, sah, sumbernya darimana, atau sekedar asumsi," ujar Tito.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini