TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) tahun 2012-2017, Hadar Nafis Gumay, menghadiri diskusi 'Pro Kontra Verifikasi Faktual Parpol' di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (20/1/2018).
Hadar menjadi narasumber keempat yang hadir, setelah Sekjen Partai Idaman Ramdansyah; Kasubdit Fasilitasi Lembaga Pemerintahan dan Perwakilan Kemendagri, Dedi Taryadi; dan Ketua DPP PDI Perjuangan, Arteria Dahlan.
Narasumber lain, yakni Ketua DPP Partai NasDem Taufik Basari; dan Majelis Nasional Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Standarkia Latief, belum tampak kehadirannya.
Baca: Eks Komisioner KPU Mengaku Pernah Diancam Anggota DPR RI dan Pimpinan Parpol
Hadar tampak memasuki Warung Daun terburu-buru, lantaran acara diskusi sudah dimulai sekira 5 menit.
Dengan tas ransel hitam, ia tergopoh-gopoh menuju kursi yang sudah disiapkan pihak penyelenggara.
Diskusi kemudian terjadi dengan mengemukakan pendapat masing-masing narasumber terkait putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yakni verifikasi faktual.
Berjalan dengan cukup lancar, sempat jeda iklan, diskusi kembali dimulai dengan Hadar yang diminta menyampaikan pendapatnya lagi mengenai putusan MK dari sisi KPU.
Baca: Ini Alasan Perludem Nilai Tepat Putusan MK Soal Verifikasi Faktual Parpol
Kemudian, pria yang mengenakan kemeja batik lengan pendek warna coklat motif parang itu, mengungkap jika dirinya pernah diancam oleh anggota DPR RI.
Awalnya, ia menyampaikannya secara lugas terkait ancaman yang diterimanya. Namun, setelahnya ia enggan menjelaskan lebih detail.
Hadar menyebut posisi KPU sebagai penyelenggara ditekan oleh parpol dan anggota DPR RI yang memiliki kepentingan tertentu terhadap Pemilu.
"Saya pernah alami rapat tertutup, dicoba, didesak dan pernah juga diancam macam-macam, ada yang bilang ini KPU akan diaudit. Detailnya tidak usah saya buka, tapi di sana kepentingan politik sangat besar dalam isu tertentu sehingga dibentuk rapat tertutup," ujar Hadar, Sabtu (20/1).
Ketika mengatakan kalimat tersebut, Hadar tampak tegang. Pandangannya nampak serius seolah ingin mengatakan kepada para awak media dan narasumber lain bahwa yang diucapkannya adalah benar.
Ia kemudian melanjutkan dengan pendapatnya bahwa ancaman itu berpengaruh terhadap kualitas Pemilu nantinya.
Belum selesai bicara, Hadar mendapat reaksi keras dari Arteria Dahlan.
Arteria mengambil mikrofon di depan dirinya, dan langsung berbicara dengan setengah berteriak.
Suaranya lantang dan suasana Warung Daun menjadi tegang karena ucapan Arteria, yang seperti memancing konflik.
"Yang disampaikan Hadar itu tuduhan serius. Saya tiga tahun di Komisi II tidak pernah ancam-ancam, mengarahkan," tegasnya.
Tak berhenti disitu, Arteria semakin gencar mencerca mantan Komisioner KPU itu.
Seolah tak terima, ia balik menuduh Hadar bersama para petinggi KPU lain di masa jabatannya terlibat dalam transaksi, bisa berbentuk uang ataupun kekuasaan.
Ia mencontohkan bahwa KPU Era Hadar, mengizinkan narapidana bisa mencalonkan diri dalam Pemilu.
Arteria yang semula melihat ke arah kamera atau depan, lalu memposisikan tubuhnya ke arah Hadar yang berada di samping kanannya.
"Kalau ada pertemuan tertutup dan dia diancam, sebut di mana dan kapan. Saya mohon buktikan pertemuan dan siapa saja anggota DPR yang hadir, Dan saya pastikan kalau ada, orang itu akan kita proses," ujar Arteria, seraya meletakkan mikrofon dengan gesture orang emosi.
Margi Syarif kemudian berupaya meredakan tensi ketegangan dengan sebuah candaan.
"Sudah, sudah, kalau banteng sudah ngamuk, susah memang," ujar Margi, yang diikuti gelak tawa para orang di Warung Daun.