News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Budaya Indonesia

Kapolda NTB Brigjen Firli: Budayalah Yang Mempersatukan Indonesia

Penulis: FX Ismanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto bersama Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB), Brigjen Pol Drs. Firli MSi, disela Rapimnas TNI-Polri di Jakarta pekan lalu. Panglima meminta tim Gendang Beleq gabungan TNI-Polri NTB untuk tampil dalam Rapimnas TNI-Polri.

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Fx Ismanto

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Budaya Indonesia meski beranekaragam justru merupakan faktor utama pemersatu Indonesia. Tidak ada sekat yang timbul ketika bicara melakukan gerakan budaya bersama. Oleh karena itu, budaya Indonesia hendaknya ditumbuhkan dan diawali dari pendidikan usia dini seluruh Indonesia. Tanpa mengenal budaya Indonesia yang beranekaragam sejak dini, Indonesia akan dihadapkan pada perpecahan bangsa yang berdasarkan pada ego kesukuan. Oleh karena itu, Via Valen atau Nella Kharisma, sebagai contoh, dapat menjadi agent of unity atau agen pemersatu bangsa dalam kapasitasnya sebagai pelaku budaya.

Demikian diungkapkan Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB), Brigjen Pol Drs. Firli MSi, Senin (29/1/2018). Kapolda kelahiran Palembang ini mendapat sorotan ketika Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto meminta tim Gendang Beleq gabungan TNI-Polri NTB untuk tampil dalam Rapimnas TNI-Polri yang dibukan Presiden Joko Widodo pada pekan lalu.

Menurut Firli, selama menjadi polisi, ia melihat beberapa faktor penentu kerukunan masyarakat dan salah satu utamanya adalah budaya. Dengan budaya, seluruh elemen masyarakat dipersatukan tidak peduli latar belakang agama, suku ataupun tingkat pendidikan. Dengan budaya itu, seluruh lapisan masyarakat bisa bersatu padu.

Kapolda NTB Firli Bersama Tim Gendang Beleq gabungan TNI-Polri NTB.. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

“Kalau kita lihat pertunjukan orkestra dangdut, Via Valen atau Nella Kharisma misalnya, ribuan orang bisa menyatu, joged bareng, tanpa mempedulikan apakah yang joged di sebelahnya agama atau sukunya apa. Mereka juga tidak peduli, bahasa yang digunakan penyanyinya, Jawa, Indonesia, Batak, atau Inggris. Semua bisa menyatu karena ada satu budaya yang diterima bersama, seperti halnya Bahasa Indonesia, yang diterima semua masyarakat,” ujar Firli, alumnus PPSA XXI, Lemhannas RI.

Pria kelahiran Palembang ini menegaskan, dalam suatu pertunjukan ribuan masa penonton menjadi energi sangat besar yang dapat digunakan untuk tujuan positip ataupun negatip. Para penyanyi, seperti Via Valen atau Nella Kharisma, sangat dapat menjadi agent of unity – agen pemersatu bangsa. Para pegiat budaya sangat dimungkinkan menjadi corong-corong bangsa untuk persatuan. Oleh karena itu, seharusnya budaya Indonesia yang ratusan banyaknya, diperkenalkan kepada para anak usia dini yang kelak akan menjadi corong bangsa bagi persatuan. Budaya yang diperkenalkan itu harus menjadi enerji positip bagi kehidupan masa depan bangsa dan negara.

“Jika anak-anak tidak diperkenalkan dengan budaya Indonesia yang begitu banyak ragamnya, bagaimana mereka akan mencintai tanah air, mencintai bangsanya, mencintai budayanya. Setiap generasi memiliki tantangan masa depannya sendiri terkait dengan eksistensi negara dan bangsa Indonesia. Dengan mengenal kekayaan budaya Indonesia sejak dini, anak-anak secara tidak langsung dititipi untuk memelihara persatuan Indonesia. Indonesia tidak dapat disamakan dengan negara lain yang budayanya tidak sekaya Indonesia,” ujar mantan Wakapolda Jateng ini.

Kapolda NTB Firli Bersama Tim Gendang Beleq gabungan TNI-Polri NTB. (TRIBUNNEWS.COM/TRIBUNNEWS.COM/FX ISMANTO)

Menurut pandangannya, perlu digalakan lagi lomba cipta lagu daerah, paduan suara, tarian yang mengangkat keanekaragaman budaya Indonesia. Atau juga, dijelaskan lebih lanjut, antar pulau antar provinsi atu antar suku bisa melakukan anjangsana budaya. Untuk mendukung kegiatan ini pemerintah daerah harus terlibat.
“Hanya saja yang menjadi masalah adalah, kita kekurangan guru yang mengerti budaya Indonesia secara mendalam. Institut Keguruan sekarang malah berubah jadi Universitas, padahal tidak semua lulusan universitas bisa menjadi guru. Pemerintah daerah harus menyediakan pendidikan vocational bagi pendidikan “guru” budaya, yang bukan teoritis tetapi praktif filosofis. Seperti halnya sinergi TNI-Polri dalam tim gendang beleq TNI-Polri yang tampil pada pekan lalu dalam rapimnas TNI-Polri, seluruh kompinen bangsa ini juga perlu sinergitas melalui budaya dalam ujud bersatu, bekerja membangun negeri” ujar pria berbintang Scorpio ini.

Gendang beleq (gendang besar) adalah kesenian budaya Suku Saksak berupa pemukulan bersama-sama. Gendang beleq Tim Gabungan TNI-Polri NTB dibentuk sepekan sebelum peringatan hari Juang Kartika 15 Des 2017 di Lombok, oleh Kapolda NTB Brigjen Pol Drs. Firli Msi bersama Danrem 162 WB Kolonel Infanteri Farid Makruf pada 8 Desember 2018. Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian yang mendampingi Presiden Jokowi terlihat antusias menyaksikan kekompakan antara TNI Polri yang ditunjukkan dalam pentas kebudayaan tersebut. Penampilan di Rapimnas TNI-Polri, adalah pertunjukan kelima sejak kelahirannya tim gabungan ini. (*)


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini