TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - NU Care-LAZISNU bekerjasama dengan Jiwasraya bulan Desember 2017 lalu.
Adalah Muhammad Rifaldi salah satu peserta diketahui mengidap hipospadia saat akan mengikuti khitanan massal yang akan digelar.
Hipospadia adalah kondisi di mana uretra (saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis) tidak berada pada posisi yang normal.
Akibat masalah tersebut, Rifaldi selalu ditolak saat akan mengikuti khitanan massal di beberapa tempat. Tapi tak demikian halnya ketika sang bocah mengiktu khitanan massal yang diadakan NU Care-LAZISNU.
“Selama ini Rifaldi beberapa kali mengikuti khitanan massal, tapi selalu ditolak. Di khitanan massal NU Care juga kemudian diketahui tidak bisa ikut dikhitan, tapi kita berkomitmen melakukan pendampingan ini,” kata staf NU Care-LAZISNU, Yulia.
Untuk itu, NU Care-LAZISNU lewat Direkturnya, Syamsul Huda, berkomitmen akan melakupan pendampingan terhadap Rifaldi hingga masalahnya tuntas.
“Ketika ada anak gagal dikhitan karena memiliki kondisi yang perlu penanganan khusus seperti itu, kita akan bantu sampai kondisi Rifaldi benar-benar normal,” ujar Syamsul.
Ditegaskan Syamsul NU Care-LAZISNU bertanggungjawab penuh sampai selesai penangangan Rifaldi. “Baik pengobatan maupun khitanannya,” kata Syamsul.
Pendampingan dilakukan dengan memberikan akomodasi kepada keluarga Rifaldi yang menjalani pembedahan di Rumah Sakit Angkatan Darat Gatot Subroto, Kamis (8/2/2018/) hari ini.
Yulia menginformasikan Rifaldi saat ini kelas tiga SD, hidup bersama ibunya, Titin, yang bekerja bagai buruh serabutan.
Sementara ayah Rifaldi telah meninggalkan mereka sejak Rifaldi berusia sekitar dua tahun.